Uncategorized

Amalan Sebelum Tidur Rasulullah Untuk Fatimah

Rasulullah tidak pernah tidur sebelum mencium Fatimah. Pernah suatu ketika ditegur dan ditanya salah satu istrinya, kenapa engkau selalu mencium Fatimah? Rasulullah menjawab, ‘setiap aku rindu surga aku mendapatkan semerbak bau harum surga pada diri Fatimah’.Suatu hari Siti Fatimah sudah masuk di kamarnya, sudah di dalam selimutnya, mau tidur. Rasulullah mengetuk pintu kamarnya, kemudian Rasulullah masuk dan Siti Fatimah bangun, kata Rasulullah ‘jangan, tetaplah kamu di tempat tidurmu’.Kemudian beliau bersabda ‘putriku Fatimah, kamu jangan tidur sebelum mengkhatamkan Al-Quran. Kamu jangan tidur sebelum menjadikan seluruh nabimemberikan syafaat untukmu.
 Kamu jangan tidur sebelum merelakan atau memberi kerelaan kepada seluruh kaum mukminin-mukminat di dunia ini. Dan terakhir wahai putriku Fatimah jangan kamu tidur sebelum kamu Umrah dan Haji’.Permintaan yang sulit semua. Sebelum tidur khatamAl-Quran. Sebelum tidur menjadikan seluruh Nabi memberikan syafaat. Sebelum tidur merelakan kaummukminin-mukminat. Sebelum tidur Umrah dan Haji.Siti Fatimah terkejut mendapatkan perintah ini. Sebelum sempat Fatimah berkata, Rasulullah shalat dua rakaat di kamar Siti Fatimah. Siti Fatimah duduk menanti selesai shalat ayahnya untuk menanyakan tentang perintah tadi.Setelah Rasulullah salam, Siti Fatimah berkata, ‘ayahku, siapa yang mampu sebelum tidur khatam Al-Quran, menjadikan para Nabi memberi syafaat, merelakan seluruh kaum mukminin-mukminat, dan melaksanakan Umrah dan Haji?’Rasulullah tersenyum kemudian beliau bersabda, ‘bukan begitu putriku, bukankah engkaukalau membaca Qulhuwallahu Ahad (Surah Al-Ikhlas) sebanyak 3x dihitung seperti khatam Al-Quran.Kedua, bershalawatlah kepadaku dan seluruh para nabi, nanti kami semua siap memberi syafaat.Ketiga, doakan kaum mukminin-mukminat; Astaghfirullah lil mukminina wal mukminat, supaya semua kaum mukminin-mukminat rela kepadamu.Ke empat, Umrah dan Haji yang kumaksud ialah membaca; Subhanallah, walhamdulillah,wa Laa Ilaha Illallah, wa Allahu Akbar, maka pahalanya seperti kamu melakukan Umrah dan Haji’.Jadi inilah amalan yang diajarkan Rasulullah kepada putrinya Fatimah. Dan mari kita amalkan dan ajarkankepada anak-anak kita:1. Membaca Qulhuwallahu Ahad (Al-Ikhlas) 3 x.2. Shalawat kepada para Nabi (Allahumma Shalli ala Muhammad wa Ali Muhammad wa Alal Anbiya-i wal Mursalin).3. Mendoakan kaum Muslimin (Astaghfirullahlil mukminina wal mukminat).4. Kemudian membaca (Subhanallah, wa-Alhamdulillah wa Laa ilaa ha Illallah wa-Allahu Akbar).Marilah kita mulai praktikkan dan ajarkan kepada anak-anak kita.
Uncategorized

Nasehat Rasulullah Untuk Fatimah

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar -lafazh ini milik Ibnu Mutsanna keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Al Hakam dia berkata; Aku mendengar Ibnu Abu Laila Telah menceritakan kepada kami Ali bahwasanya Fatimah merasa sakit tangannya karena menumbuk tepung dan ketika itu ada seorang pelayan yang menawarkan dirinya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Fatimah datang menemui Rasulullah untuk meminta seorang pembantu.
 Tetapi ia tidak berhasil menemui Rasulullah dan hanya bertemu dengan Aisyah. Kemudian Fatimah menitip pesan kepada Aisyah untuk disampaikan kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah tiba di rumah, Aisyah pun memberitahu beliau tentang kedatangan Fatimah. Ali bin Abu Thalib berkata; “Lalu Rasulullah pergi ke rumah kami ketika kami tengah berbaring hendak tidur. Maka kami segera bangun, tetapi beliau mencegahnya seraya berkata: ‘Tetaplah di tempat kalian! ‘ Kemudian Rasulullah duduk di antara kami hingga saya merasakan dinginnya telapak kaki beliau yang menyentuh dada saya. Setelah itu, Rasulullah bersabda: ‘Inginkah kalian berdua aku ajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kalian minta? Apabila kalian berbaring hendak tidur, maka bacalah takbir tiga puluh empat kali, tasbih tiga puluh tiga kali, dan tahmid tiga puluh tiga kali. Sesungguhnya yang demikian itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.’ Telah menceritakannya kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah Telah menceritakan kepada kami Waki’ Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu’adz Telah menceritakan kepada kami Bapakku Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Adi seluruhnya dari Syu’bah melalui sanad ini. Di dalam Hadits Mu’adz dengan menggunakan kalimat; Apabila ‘kalian berbaring hendak tidur dimalam hari.’ Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ubaidullah bin Abu Yazid dari Mujahid dari Ibnu Abu laila dari Ali bin Abu Thalib Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair dan Ubaid bin Ya’isy dari Abdullah bin Numair Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik dari Atha bin Abu Rabah dari Mujahid dari Ibnu Abu Laila dari Ali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sama dengan Hadits Al Hakam dari Ibnu Abu Laila. Di dalamnya ada tambahan; Ali berkata; ‘Saya tidak pernah meninggalkan bacaan tersebut semenjak saya mendengarnya dari Rasulullah.’ Seseorang bertanya kepadanya; ‘Hai Ali, apakah kamu juga tidak meninggalkan doa ini pada malam perang Shiffin? ‘ Ali menjawab; ‘Ya. Saya tidak pernah meninggalkan bacaan ini pada malam perang Shiffin sekalipun.’ Sedangkan di dalam Hadits Atha dari Mujahid dari Ibnu Abu Laila dia berkata; aku bertanya kepada Ali; ‘Apakah kamu juga tidak meninggalkan doa ini pada malam perang Shiffin? ‘
HR. Muslim
Uncategorized

Budak Untuk Fatimah

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isa berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Jumai’ Salim bin Dinar dari Tsabit dari Anas berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membawa seorang budak untuk Fatimah yang beliau hibahkan kepadanya.” Anas berkata, “Fatimah radliallahu ‘anha mempunyai kain yang jika ia tutupkan kepala maka kakinya terlihat, dan jika ia tutupkan kaki maka kepalanya terlihat. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat hal itu beliau bersabda: “Tidak ada masalah bagimu, sebab ini adalah bapak dan budakmu.”
HR. Abu Daud
Uncategorized

Mas Kawin Untuk Fatimah

Telah mengabarkan kepada kami ‘Amr bin Manshur, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abdul Malik, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ayyub dari ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Ali berkata; Dahulu saat saya akan menikahi Fathimah radliallahu ‘anha, saya berkata; wahai Rasulullah, tolong Fatimah serumahtanggakan denganku, beliau bersabda: “Baik, Berilah ia sesuatu”, saya berkata; saya tidak memiliki sesuatu, beliau bersabda: “Dimanakah baju zirahmu yang anti pedang itu?, ” saya menjawab ia ada padaku, beliau bersabda: “Berikan padanya.”
Hadits Nasa’i
Uncategorized

Kisah Terbunuhnya Ali Bin Abi Thalib

Amirul Mukminin menghadapi masalah yang berat, kondisi negara saat itu tidak stabil, pasukan beliau di Iraq dan di daerah lainnya membangkang perintah beliau, mereka menarik diri dari pasukan. Kondisi di wilayah Syam juga semakin memburuk. Penduduk Syam tercerai berai ke utara dan selatan. Setelah peristiwa tahkim penduduk Syam menyebut Mu’awiyah sebagai amir.

Seiring bertambahnya kekuatan penduduk Syam semakin lemah pula kedudukan penduduk Iraq. Padahal amir mereka adalah Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. sebaik-baik manusia di atas muka bumi pada zaman itu, beliau yang paling taat, paling zuhud, paling alim dan paling takut kepada Allah. Namun walaupun demikian, mereka meninggalkannya dan membiarkannya seorang diri. Padahal Ali telah memberikan hadiah-hadiah yang melimpah dan harta-harta yang banyak. Begitulah perlakuan mereka terhadap beliau, hingga beliau tidak ingin hidup lebih lama dan mengharapkan kematian. Karena banyaknya fitnah dan merebaknya pertumpahan darah. Beliau sering berkata, ” Apakah gerangan yang menahan peristiwa yang dinanti-nanti itu? Mengapa ia belum juga terbunuh?” Kemudian beliau berkata, “Demi Allah, aku akan mewarnai ini sembari menunjuk jenggot beliau- dari sini!” -sembari menunjuk kepala beliau-.54



*Kronologis Terbunuhnya Ali رضي الله عنه
Ibnu Jarir dan pakar-pakar sejarah lainnya55 menyebutkan bahwa tiga orang Khawarij berkumpul, mereka adalah Abdurrahman bin Amru yang dikenal dengan sebutan Ibnu Muljam al-Himyari al-Kindi sekutu Bani Jabalah dari suku Kindah al-Mishri, al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amru bin Bakr at-Tamimi.56 Mereka mengenang kembali perbuatan Ali bin Abi Thalib yang membunuh teman-teman mereka di Nahrawan, mereka memohon rahmat buat teman-teman mereka itu.

“Apa yang kita lakukan sepeninggal mereka? Mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling banyak shalatnya, mereka adalah penyeru manusia kepada Allah. Mereka tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela dalam menegakkan agama Allah. Bagaimana kalau kita tebus diri kita lalu kita datangi pemimpin-pemimpin yang sesat itu kemudian kita bunuh mereka sehingga kita membebaskan negara dari kejahatan mereka dan kita dapat membalas dendam atas kematian teman-teman kita.”

Ibnu Muljam berkata, “Aku akan menghabisi Ali bin Abi Thalib!”
Al-Burak bin Abdillah berkata, “Aku akan menghabisi Mu’awiyah bin Abi Sufyan.”
Amru bin Bakr berkata, “Aku akan menghabisi Amru bin al-Ash.”
Merekapun berikrar dan mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari niat semula hingga masing-masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh. Merekapun mengambil pedang masing-masing sambil menyebut nama sahabat yang menjadi targetnya. Mereka sepakat melakukannya serempak pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Kemudian ketiganya berangkat menuju tempat target masing-masing.
Adapun Ibnu Muljam berangkat ke Kufah. Setibanya di sana ia menyembunyikan identitas, hingga terhadap teman-temannya dari kalangan Khawarij yang dahulu bersamanya. Ketika ia sedang duduk-duduk bersama beberapa orang dari Bani Taim ar-Ribab, mereka mengenang teman-teman mereka yang terbunuh pada peperangan Nahrawan. Tiba-tiba datanglah seorang wanita bernama Qatham binti Asy-Syijnah, ayah dan abangnya dibunuh oleh Ali pada peperangan Nahrawan. Ia adalah wanita yang sangat cantik dan populer. Dan ia telah mengkhususkan diri beribadah dalam masjid jami’. Demi melihatnya Ibnu Muljam mabuk kepayang. Ia lupa tujuannya datang ke Kufah. Ia meminang wanita itu. Qatham mensyaratkan mahar tiga ribu dirham, seorang khadim, budak wanita dan membunuh Ali bin Abi Thalib untuk dirinya. Ibnu Muljam berkata, “Engkau pasti mendapatkannya, demi Allah tidaklah aku datang ke kota ini melainkan untuk membunuh Ali.”
Lalu Ibnu Muljam menikahinya dan berkumpul dengannya. Kemudian Qathami mulai mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya itu. Ia mengutus seorang lelaki dari kaumnya bernama Wardan, dari Taim Ar-Ribab, untuk menyertainya dan melindunginya. Lalu Ibnu Muljam juga menggaet seorang lelaki lain bernama Syabib bin Bajrah al-Asyja’i al-Haruri. Ibnu Muljam berkata kepadanya, “Maukah kamu memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat?”
“Apa itu?” Tanyanya.
“Membunuh Ali!” Jawab Ibnu Muljam.
Ia berkata, “Celaka engkau, engkau telah mengatakan perkara yang sangat besar! Bagaimana mungkin engkau mampu membunuhnya?”
Ibnu Muljam berkata, “Aku mengintainya di masjid, apabila ia keluar untuk mengerjakan shalat subuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya. Apabila berhasil maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita terbunuh maka apa yang tersedia di sisi Allah lebih baik dari-pada dunia.”
Ia berkata, “Celaka engkau, kalaulah orang itu bukan Ali tentu aku tidak keberatan melakukannya, engkau tentu tahu senioritas beliau dalam Islam dan kekerabatan beliau dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Hatiku tidak terbuka untuk membunuhnya.”
Ibnu Muljam berkata, “Bukankah ia telah membunuh teman-teman kita di Nahrawan?”
“Benar!” jawabnya.
“Marilah kita bunuh ia sebagai balasan bagi teman-teman kita yang telah dibunuhnya” kata Ibnu Muljam.
Beberapa saat kemudian Syabib menyambutnya.

Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam membuat kesepakatan dengan teman-temannya pada malam Jum’at 17 Ramadhan. Ibnu Muljam berkata, “Malam itulah aku membuat kesepakatan dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing. Lalu mulailah ketiga orang ini bergerak, yakni Ibnu Muljam, Wardan dan Syabib, dengan menghunus pedang masing-masing. Mereka duduk di hadapan pintu57 yang mana Ali biasa keluar dari-nya. Ketika Ali keluar, beliau membangunkan orang-orang untuk shalat sembari berkata, “Shalat….shalat!” Dengan cepat Syabib menyerang dengan pedang-nya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepala beliau.58 Darah beliau mengalir membasahi jenggot beliau رضي الله عنه. Ketika Ibnu Muljam menebasnya, ia berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!” Ia membaca firman Allah:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.”(Al-Baqarah: 207).
Ali berteriak, “Tangkap mereka!”
Adapun Wardan melarikan diri namun berhasil dikejar oleh seorang lelaki dari Hadhramaut lalu membunuhnya. Adapun Syabib, berhasil menyelamatkan diri dan selamat dari kejaran manusia. Sementara Ibnu Muljam berhasil ditangkap.
Ali menyuruh Ja’dah bin Hubairah bin Abi Wahab59 untuk mengimami Shalat Fajar. Ali pun dibopong ke rumahnya. Lalu digiring pula Ibnu Muljam kepada beliau dan dibawa kehadapan beliau dalam keadaan dibelenggu tangannya ke belakang pundak, semoga Allah memburukkan rupanya. Ali berkata kepadanya,” Apa yang mendorongmu melakukan ini?” Ibnu Muljam berkata, “Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhlukNya yang paling buruk!”
Ali berkata kepadanya, “Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk.”
Kemudian beliau berkata, “Jika aku mati maka bunuhlah orang ini, dan jika aku selamat maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini!”

Konten Islami Lainnnya:

– Komik Islami Pakai Yang Kanan
– Komik Islami Simple
– Jangan Benci Muslimah Bercadar
– Waspada 3 Pintu Menuju Neraka
– Kalau Sholat Jangan Lari Larian

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com


* Pemakaman Jenazah Ali bin Abi Thalibرضي الله عنه
Setelah Ali رضي الله عنه wafat, kedua puteranya yakni al-Hasan dan al-Husein memandikan jenazah beliau dibantu oleh Abdullah bin Ja’far. Kemudian jenazahnya dishalatkan oleh putera tertua beliau, yakni al-Hasan. Al-Hasan bertakbir sebanyak sembilan kali.60


Jenazah beliau dimakamkan di Darul Imarah di Kufah, karena kekhawatiran kaum Khawarij akan membongkar makam beliau. Itulah yang masyhur. Adapun yang mengatakan bahwa jenazah beliau diletakkan di atas kendaraan beliau kemudian dibawa pergi entah ke mana perginya maka sungguh ia telah keliru dan mengada-ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Akal sehat dan syariat tentu tidak membenarkan hal semacam itu. Adapun keyakinan mayoritas kaum Rafidhah yang jahil bahwa makam beliau terletak di tempat suci Najaf, maka tidak ada dalil dan dasarnya sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa makam yang terletak di sana adalah makam al-Mughirah bin Syu’bah رضي الله عنه .
Al-Khathib al-Baghdadi61meriwayatkan dari al-Hafizh Abu Nu’aim dari Abu Bakar Ath-Thalahi dari Muhammad bin Abdillah al-Hadhrami al-Hafizh Muthayyin, bahwa ia berkata, “Sekiranya orang-orang Syi’ah mengetahui makam siapakah yang mereka agung-agungkan di Najaf niscaya mereka akan lempari dengan batu. Sebenarnya itu adalah makam al-Mughirah bin Syu’bah62
Al-Hafizh Ibnu Asakir63 meriwayatkan dari al-Hasan bin Ali, ia berkata, “Aku mengebumikan jenazah Ali di kamar sebuah rumah milik keluarga ja’dah.”
Abdul Malik bin Umair64 bercerita, “Ketika Khalid bin Abdullah menggali pondasi di rumah anaknya bernama Yazid, mereka menemukan jenazah seorang Syaikh yang terkubur di situ, rambut dan jenggotnya telah memutih. Seolah jenazah itu baru dikubur kemarin. Mereka hendak membakarnya, namun Allah memalingkan niat mereka itu. Mereka membungkusnya dengan kain Qubathi, lalu diberi wewangian dan dibiarkan terkubur di tempat semula. Tempat itu berada dihadapan pintu al-Warraqin setelah kiblat masjid di rumah tukang sepatu. Hampir tidak pernah seorang pun bertahan di tempat itu melainkan pasti akan pindah dari situ.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq, ia berkata, “Jenazah Ali dishalatkan pada malam hari dan dimakamkan di Kufah, tem-patnya sengaja dirahasiakan, namun yang pasti di dekat gedung imarah (istana kepresidenan).” 65
Ibnu Kalbi66berkata, “Turut mengikuti proses pemakaman jenazah Ali pada malam itu al-Hasan, al-Husain, Ibnul Hanafiyyah, Abdullah bin Ja’far dan keluarga ahli bait beliau yang lainnya. Mereka memakamkannya di dalam kota Kufah, mereka sengaja merahasiakan makam beliau karena kekhawatiran terhadap kebiadaban kaum Khawarij dan kelompok-kelompok lainnya.
* Tanggal Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dan Usia Beliau
Ali رضي الله عنه , terbunuh pada malam Jum’at waktu sahur pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Ada yang mengatakan pada bulan Rabi’ul Awwal. Namun pendapat pertama lebih shahih dan populer.
Ali رضي الله عنه ditikam pada hr Jum’at 17 Ramadhan tahun 40 H, tanpa ada perselisihan.67
Ada yang mengatakan beliau wafat pada hari beliau ditikam, ada yang mengatakan pada hari Ahad tanggal 19 Ramadhan.
Al-Fallas berkata, “Ada yang mengatakan, beliau ditikam pada malam dua puluh satu Ramadhan dan wafat pada malam dua puluh empat dalam usia 58 atau 59 tahun.” 68
Ada yang mengatakan, wafat dalam usia 63 tahun.69 Itulah pendapat yang masyhur, demikian dituturkan oleh Muhammad bin al-Hanafiyah, Abu Ja’far al-Baqir, Abu Ishaq as-Sabi’i dan Abu Bakar bin ‘Ayasy. Sebagian ulama lain mengatakan, wafat dalam usia 63 atau 64 tahun. Diriwayatkan dari Abu ja’far al-Baqir, katanya, “Wafat dalam usia 65 tahun.”
Masa kekhalifahan Ali lima tahun kurang tiga bulan. Ada yang mengatakan empat tahun sembilan bulan tiga hari. Ada yang mengatakan empat tahun delapan bulan dua puluh tiga hari, semoga Allah meridhai beliau.70
_______________________________________________________________________________________________
54 Rasulullah صلى الله عليه وسلم. telah mengabarkan bahwa Ali رضي الله عنه akan mati terbunuh seperti yang disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, 1/102-130-156 dan kitab Dala’il an-Nubuwwah karangan al-Baihaqi, 6/438 dengan sanad shahih seperti yang dikatakan oleh Ahmad Syakir.
55 Silahkan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/143-146, ath-Thabaqat karangan Ibnu Sa’ad, 3/36-37, al-Muntazham, 5/172-173, al- Kamil, 3/388-389 dan Tarikh Islam juz Khulafaur Rasyidin halaman 607-608.
56 Dalam kitab ath-Thabaqat Ibnu Sa’ad disebutkan bahwa mereka berkumpul di Makkah.
57 As-Suddah adalah pintu rumah dan atap yang menutupi pintu rumah, atau pekarangan di depan rumah, lihat kamus al-Wasith.
58 Qarnul insan, adalah bagian atas kepala. Silakan lihat kamus Muhith.
59 Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam al-Ishabah, 1/484 dan 527, dan menyebutkan kontroversi tentang statusnya apakah termasuk sahabat atau bukan. Ibunya adalah Ummu Hani’ binti Abi Thalib, berarti Ali adalah pamannya.
60 Dalam sejumlah riwayat lainnya disebutkan empat kali takbir, barangkali itulah yang benar, silakan lihat ath-Thabaqat al-Kubra, 3/38.
61 Tarikh Baghdad, 1/138.
62 Karena mereka sangat membenci al-Mughirah bin Syu’bah رضي الله عنه, pent.
63 Tarikh Dimasyq, 12/420.
64 Silahkan lihat Tarikh Baghdad, 1/137.
65 Silatrkan lihat Tarikh Islam karangan Adz-Dzahabi juz Khulafaur Rasyidin halaman 650.
66 Silakan lihat Tarikh Dimasyq, 12/421.
67 Perkataan beliau, “Tanpa ada perselisihan,” maksudnya tahunnya, adapun bulan dan tanggalnya telah terjadi perselisihan di dalamnya.
68 Silakan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/151.
69 Ibnu Sa’ad menukil dalam kitab ath-Thabaqat, 3/381 dari al-Waqidi bahwasanya ia berkata, “Itulah pendapat yang shahih menurut kami.” Saya katakan, Ini bersesuaian dengan pendapat yang mengatakan bahwa tahun kelahirannya adalah dua puluh tahun sebelum Rasulullah صلى الله عليه وسلم diangkat menjadi rasul.
70 Silakan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/152-153, demikian pula Tarikh Dimasyq, 12/423 dan 428. Pendapat-pendapat ini saling berdekatan, perbedaan antara pendapat pertama, kedua dan ketiga didasarkan atas perbedaan penentuan tanggal pembai’atan beliau dan tanggal wafat beliau setelah ditikam.
Uncategorized

Kisah Keguguran Fatimah Az-zahra Putri Rasulullah Sebelum Meninggal

Sering kita dengar tentang penderitaan yang menimpa keluarga Nabi, kisah-kisah yang membangkitkan emosi, tapi celakanya akal pun jadi tertutup dan tidak lagi berkesempatan untuk berpikir. 
Qunfudz diutus oleh Abubakar dan mencambuk Fatimah
Fatimah menghalangi para penyerang hingga tidak bisa menyentuh Ali di pintu rumah, lalu Qunfudz mencambuknya dengan cambuk, sampai di sini, sementara dalam bagian lain disebutkan : Abubakar mengutus Qunfudz untuk mencambuk Fatimah, lalu berhasil memaksa Fatimah untuk berada di balik pintu, lalu Qunfudz mendorongnya hingga tulang rusuknya patah dan janin yang dikandungnya gugur.
Lihat Al Ihtijaj jilid 1 hal 212, Mir’atul Uqul jilid 5 hal 320.
Qunfudz mencengkeramnya di pintu rumah
Qunfudz berhasil membuat Fatimah terpepet di pintu dan berhasil didorong, lalu Qunfudh mematahkan tulang rusuk dan janin yang ada di perutnya seketika keluar, Fatimah terbaring di tempat tidur hingga wafat sebagai syahid.
Lihat Kitab Sulaim bin Qais, Tahqiq Muhammad Baqir Al Anshari. Jilid 3 hal 588
Qunfudz budak orang itu, memukul Fatimah dengan gagang pedang
Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah Alaihissalam dalam haditsnya : sebab wafatnya Fatimah adalah ketika Qunfudz budak orang itu memukulnya dengan gagang pedang atas perintahya, lalu menggugurkan janin Muhsin, dan membuat Fatimah sakit parah, dia melarang orang yang menyakitinya dari menjenguknya,
Lihat Dala’ilul Imamah, At Thabari, hal 45
Umar menendang pintu dan pintu, Fatimah jatuh tertimpa pintu, -tanpa patah tulang-
Fatimah mendorong pintu agar menghalangi mereka masuk, Umar menendang pintu hingga terlepas dan mengenai perut Fatimah hingga Muhsin gugur dari perut ibunya.
Multaqal Bahrain hal 81, Al Jannah Al Ashimah hal 251
Umar menggunakan pedang dan cambuk tanpa menyentuh pintu
Fatimah berteriak Wahai Ayahku, Wahai Rasulullah, lalu Umar mengangkat pedang yang masih di sarungnya dan memukul perut Fatimah, lalu Fatimah berteriak lagi, wahai ayahku, lalu Umar mencambuk tangan Fatimah,  Fatimah memanggil Wahai Rasulullah, betapa buruk penggantim, Abubakar dan Umar, Ali melompat dan mencengkeram baju Umar dan membantingnya, dan memukul hidung serta lehernya. Ali berniat membunuh Umar tetapi dia teringat wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam.
Kitab Sulaim bin Qais , jilid 3 hal 538
Fatimah didorong di pintu, tanpa ditendang, tanpa pedang, cambuk atau paku
Al Mas’udi, seorang ahli sejarah mengatakan : Amirul Mu’minin Ali tinggal di rumahnya beserta beberapa pengikutnya, seperti yang dipesankan oleh Rasulullah, lalu mereka menuju rumah Ali dan menyerbunya, membakar pintu rumah dan memaksa orang yang di dalamnya untuk keluar, mereka mendorong Fatimah di pintu hingga janinnya gugur, mereka memaksa Ali untuk berbaiat dan Ali menolak, dan mengatakan : aku tidak mau, mereka mengatakan : kalau begitu kami akan membunuhmu, Ali mengatakan: jika kalian membunuhku maka aku adalah Hamba Allah dan saudara RasulNya. Lihat Itsbatul Washiyyah hal 123.
Yang memukul Fatimah adalah Mughirah bin Syu’bah
Imam Hasan berbicara pada Mughirah bin Syu’bah di majlis Muawiyah: kamu memukul fatmah binti Rasulullah hingga berdarah dan gugur janinnya, kamu melakukan itu untuk menghinakan Rasulullah, dan melanggar perintahnya, menghina kehormatannya, Rasulullah pernah bersabda padanya : engkau adalah penghulu wanita penghuni sorga, semoga Allah memasukkanmu ke dalam neraka. Lihat dalam  Al Ihtijaj dan Biharul Anwar jilid 10.
Umar menyerbu rumah Ali bersama tiga ratus orang.
Diriwayatkan mengenai penyebab wafatnya Fatimah : Umar bin Khattab menyerang rumah Ali dan Fatimah bersama tiga ratus orang. Lihat dalam kitab Al Awalim jilid 2 hal 58
Umar memukul Fatimah di jalan, bukan di rumah
Fatimah berhasil meminta surat dari Abubakar yang berisi pengembalian tanah Fadak pada Fatimah, ketika di jalan Fatimah bertemu Umar dan kemudian Umar bertanya: wahai putri Muhammad, surat apa yang ada di tanganmu? Fatimah menjawab: surat dari Abubakar tentang pengembalian tanah Fadak, Umar berkata lagi : bawa sini surat itu, Fatimah menolak menyerahkan surat itu, lalu Umar menendang Fatimah
Amali Mufid hal 38, juga kitab Al Ikhtishash
Yang mencengkram Fatimah hingga janinnya gugur adalah Khalid bin Walid
At Thuraihi mengatakan : ketika Khalid binWalid mencengkeramnya dan janin Muhsin pun gugur.
Lihat Ma’sat Az Zahra jilid 2 hal 143, Sayyid Ja’far Murtadha
Al Muntakhab, hal 136 karya At Thuraihi
Tidak jelas siapa yang memukul Fatimah
As Shaduq meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam bersabda : seakan saya melihat rumahnya dimasuki kehinaan, kehormatannya dilecehkan, diserobot haknya, dihalangi untuk menerima warisannya, tulang rusuknya dipatahkan, dan janinnya digugurkan.
Amali Shaduq hal 100
Fatimah dicambuk.
Yang disesalkan adalah mereka memukul Fatimah Alaihassalam, telah diriwayatkan bahwa mereka memukulnya dengan cambuk
Talkhis Syafi jilid 3 hal 156
Punggungnya dicambuk dan dipukul dengan pedang.
Lalu Miqdad berdiri dan mengatakan : putri Nabi telah meninggal dunia, sedang darah mengalir di punggung dan rusuknya karena kalian mencambuknya dan memukulnya dengan pedang, sedangkan di mata kalian aku lebih hina dibanding Ali dan Fatimah
Ahwal Saqifah/ Kamil Al Baha’I, Hasan bin Ali bin Muhamamd bin Ali bin Hasan At Thabari yang dikenal dengan nama Imadudin At Thabari, jilid 1 hal 312
Ada baiknya disini kita simak bersama penuturan Sayid Ja’far Murtadha Al Amili dalam kitab “ Zhulumat Ummi Kaltsum”:
Tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa jika nampak kontradiksi dalam banyak riwayat yang menceritakan tentang suatu kejadian, maka sangat wajar jika kita meragukan validitas riwayat-riwayat itu, bahkan keraguan akan muncul di hati para peneliti, dan memaksanya untuk mencari riwayat yang shahih dan mana yang berisi kebohongan dari riwayat-riwayat itu, ini jika kita tidak ingin mengatakan : kontradiksi ini membuat kita ragu dan bertanya apakah kejadian itu benar terjadi atau tidak.
Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara . Al Hujurat ayat 10
Jalinan persaudaraan yang ada antara kaum muslimin adalah jalinan yang lahir akibat adanya persamaan yang mendasar antara mereka, yaitu persamaan akidah tauhid yang terwujud melalui dua kalimat syahadat, dengan demikian seluruh yang mengucapkan dua kalimat syahadat menjadi bersaudara. Ukhuwah Islamiyah memiliki peranan yang penting bagi kehidupan muslim. Sehingga syareat Islam menggariskan beberapa aturan agar hubungan sesama kaum muslimin selalu Bagai tanaman yang harus dipupuk dan disiram, begitu pula ukhuwah Islamiyah haruslah dijaga dan dikokohkan.
Dengan persatuan yang kokoh musuh tidak dapat mengalahkan dan menjajah kaum muslimin, derita yang dialami oleh kaum muslimin, kurangnya persatuan dan adanya kaum munafikin yang bermuka dua, mereka bermuka manis di depan kaum muslimin dan bekerja untuk kepentingan musuh, kaum munafikin yang memecah belah kaum muslimin dan membantu orang kafir dalam melancarkan makar-makar mereka untuk memecah belah kaum muslimin. Mereka bagaikan musuh dalam selimut dan musang berbulu domba yang selalu bermanis muka di depan kaum muslimin sementara di kegelapan malam mereka bekerjasama dengan musuh untuk melancarkan makar mereka.
Allah telah memberi isyarat bagi kaum muslimin untuk menghindari perpecahan dengan memerintahkan untuk menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan percikan api perselisihan dan perpecahan.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. 49:6)
Ini karena salah satu faktor utama perpecahan adalah berita bohong, karena itulah Allah memanggil orang beriman –hanya orang beriman saja, orang munafik dan orang kafir tidak ikut mendapat panggilan Allah dalam ayat ini- agar meneliti berita yang disebarkan oleh orang fasik, agar tidak bersikap keliru terhadap orang yang salah, akhirnya ketika sikap keliru itu dimanifestasikan dalam ucapan dan perbuatan, maka akan berpotensi mengakibatkan perpecahan.
Sering kita dengan mereka-mereka yang menghasut kaum muslimin agar membenci sahabat Nabi, dengan menyebarkan cerita-cerita bohong yang sayangnya jarang dari kita yang mau meluangkan waktu untuk meneliti cerita-cerita itu. Hingga akhirnya banyak dari kaum muslimin yang terperangkap pada perbuatan membenci sahabat Nabi yang dicintai Allah. Allah berfirman:
tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekefiran, kefasikan dan kedurhakaan.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (QS. 49:7)
Allah menjadikan sahabat mencintai keimanan, membuat iman jadi indah di hati mereka. Lalu mengapa kita membenci sahabat Nabi yang beriman karena cerita-cerita yang ternyata tidak jelas?
Uncategorized

Detik Haru Kematian Putri Rasulullah Fatimah Az-zahra AS

Detik-detik terakhir kehidupan Fatimah Az-Zahra as  Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad 
Hari ini Fatimah as tampak dalam keadaan terbaik yang seharusnya setiap wanita seperti itu. 
 Fatimah as memegang Hasan as dan Husein as dan membasuh kepala mereka Lalu ia bertemu Imam Ali as dan berkata: “Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu, Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu” Ali as menjawab:
“Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku, Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku” Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan, engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat, Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku” baca selanjutnya. Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa,Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku,
Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu,Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”. “Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”. Kemudian Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis
Lalu Fatimah melanjutkan wasiatnya: “Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah SAW, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”. Kemudian Fatimah meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan sembunyikanlah letak kuburanku”. 
“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husein as, Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw, Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.  Kemudian Imam as keluar menuju mesjid. Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as, Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.


Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid” Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah. Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah. Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku: “Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”. “Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”. Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”. Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,tiba-tiba suara Fatimah as berhenti. 
Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab, Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat, Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya. Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabarAsma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”. 
Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid, Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?
”Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu klalian sedang tidur” Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini, saat waktu shalatnya? Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”. 
Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”. Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.
Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?
Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”  Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar… Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya, Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu Husein, Ibu.., berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”. 
Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”. Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.
Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah asDan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”. 
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun     
Uncategorized

Rahasia Fatimah Yang Diceritakan Pada Aisyah

Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al Jahdari Fudhail bin Husain; Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Firas dari ‘Amir dari Masruq dari ‘Aisyah dia berkata;
‘Suatu ketika para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkumpul dan berada di sisi beliau tanpa ada seorang pun yang tidak hadir saat itu. Tak lama kemudian, datanglah Fatimah dengan berjalan kaki yang mana cara jalannya persis -dan tidak berbeda sama sekali- dengan cara jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika melihatnya, maka beliau pun menyambutnya dengan mengucapkan: “Selamat datang hai puteriku yang tercinta!” Setelah itu beliau mempersilahkannya untuk duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Lalu beliau bisikkan sesuatu kepadanya hingga ia (Fatimah) menangis tersedu-sedu. Ketika melihat kesedihan hati Fatimah, maka sekali lagi Rasulullah pun membisikkan sesuatu kepadanya hingga ia tersenyum gembira. Lalu saya (Aisyah) bertanya kepada Fatimah; ‘Ya Fatimah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan keistimewaan kepadamu dengan membisikkan suatu rahasia di hadapan para istri beliau hingga kamu menangis sedih.’ Setelah Rasulullah berdiri dan berlalu dari tempat itu, saya pun bertanya kepada Fatimah;
 ‘Hai Fatimah, sebenarnya apa yang dikatakan Rasulullah kepadamu dalam bisikan tersebut? ‘ Fatimah menjawab; “Wahai Ummul mukminin, sungguh saya tidak ingin menyebarkan rahasia yang telah dibisikkan Rasulullah kepada saya.” Aisyah berkata; ‘Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia, saya hampiri Fatimah seraya bertanya kepadanya; ‘Hai Fatimah, saya hanya ingin menanyakan kepadamu tentang apa yang telah dibisikkan Rasulullah kepadamu yang dulu kamu tidak mau menjelaskannya kepada saya.’ Fatimah menjawab; ‘Wahai Ummul mukminin, sekarang -setelah Rasulullah meninggal dunia- saya akan memberitahukannya kepadamu. Dulu, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membisikkan sesuatu kepada saya, untuk yang pertama kali, beliau memberitahukan bahwasanya Jibril dan beliau biasanya bertadarus Al Qur’an satu atau dua kali dalam setiap tahun dan kini beliau bertadarus kepadanya (Jibril) sebanyak dua kali. Sungguh aku (Rasulullah) tahu bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik pendahulumu adalah aku.’ Fatimah berkata; ‘Mendengar bisikan itu, maka saya pun menangis, seperti yang kamu lihat dulu. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kesedihan saya, maka beliau pun berbisik lagi kepada saya: ‘Hai Fatimah, maukah kamu menjadi pemimpin para istri orang-orang mukmin atau sebaik-baiknya wanita umat ini? Lalu saya pun tertawa seperti yang dulu kamu lihat.”
HR. Muslim
Uncategorized

Ketika Aisyah Dan Fatimah Saling Bercanda

Telah menjadi tradisi Rasulullah apabila memiliki suatu acara makan-makan, beliau akan menyisihkan makanan itu untuk tetangga, kerabat, dan para sahabat. Tak terkecuali beliau menyisihkan pula untuk sahabat-sahabat mendiang istri pertamanya, Khadijah.
“Aisyah,” seru beliau kepada istri termuda dan tercantiknya, “sisihkan beberapa potong daging untuk sahabat-sahabat Khadijah.”
Mendengar nama Khadijah disebut oleh Rasulullah, sontak Aisyah bersungut-sungut. Jengkel. Jeuleus binti cemburu. Sangat manusiawi, bukan? Kalau tidak percaya bahwa cemburu seperti itu sangat manusiawi, bergurulah kepada Suhu Tanduk, konsultan Asosiasi Suami Sayang EMpat Istri (ASSEMI).
Begitu pula yang dirasakan Aisyah saat itu. Cemburu tingkat tinggi terhadap Khadijah karena namanya selalu disebut oleh Rasulullah.
“Apakah Kanda tidak bisa menerima dan mencintai saya sebagai ganti dari Khadijah? Apakah aku tidak lebih istimewa dari Khadijah sampai-sampai namanya selalu Kanda sebut di depan saya?”
Anda tentu tahu, sederet kata yang terjalin menjadi kalimat panjang itu adalah ungkapan kecemburuan Aisyah terhadap almarhumah Khadijah, istri pertama Rasulullah. Rasulullah menyambut kalimat panjang itu dengan senyum. Tetapi, kecemburuan justru Aisyah semakin melonjak.
“Khadijah itu tua dan tidak cantik, sementara aku cantik dan masih muda. Apakah Kanda tidak bisa melupakan wanita tua itu dan menempatkan aku di posisinya di hati Kanda?” demikian kurang lebih kalimat cemburu yang menyembur dari bibir Aisyah.
Ucapan itu ternyata terdengar oleh Fatimah, putri Khadijah. Sebagai anak tentu tidak terima nama ibundanya direndahkan dan disebut secara tidak baik oleh Aisyah. Terpaksa, akhirnya ia melakukan somasi kepada Rasulullah atas ucapan Aisyah tentang ibundanya.
“Fatimah, putriku, jika kamu tidak terima ibundamu tercinta yang juga istri pertamaku terkasih disebut-sebut secara tidak baik oleh Aisyah, hentikan ia segera,” terang Rasulullah.
“Bagaimana aku bisa menghentikannya, Ayah, sementara ia juga istri tercinta Ayah?”
Sembari menebarkan senyuman, beliau berkata, “Hentikan ia dengan bahasa ledekan dan guyonan. Ya, dengan ledekan dan guyonan!”
“Maksud Ayah?”
“Katakan kepada Aisyah, ‘bla…bla…bla.. ststststststststststs.”
Setelah mendapat memo tersebut dari Rasulullah, Fatimah segera menemui Aisyah.
“Wahai ibu mudaku,” seru Fatimah, “kamu adalah istri tercantik dan sangat dicintai oleh ayahku. Tetapi, perlu kamu ketahui, biarpun ibuku tua, janda, dan tidak secantik kamu, dia dinikahi oleh seorang perjaka. Sementara kamu, meskipun cantik, muda, dan berstatus perawan, tetapi dudalah yang menikahimu.”
Mendapat serangan “taktis, ledekis, & guyonis” dari Fatimah, bibir Aisyah tak mampu lagi membantah dan berargumentasi. Skak Mat! Menurut versi penerbit Prass Press disebut Jurus Ampuh Menaklukkan Kecemburuan Ibu Muda (bukan Menaklukkan Psikotes lho).
Meski dongkol, tetapi serangan itu membuat hati Aisyah geli segeli-gelinya. Lalu tertawa!
Skor 1-1 untuk Aisyah vs Fatimah.
Draw…!