Uncategorized

Kebiasaan Nabi Muhammad Lengkap

Delima dianggap sebagai buah kesukaan Nabi. Buah ini mengandung mangan yang membantu dalam pembentukan struktur tulang selama proses metabolisme serta mengandung kalium yang membantu dalam mempertahankan fungsi seluler dan menjaga keseimbangan dalam tingkat cairan. Selain itu ada juga flavonoid dan polifenol, antioksidan yang melindungi tubuh kita terhadap penyakit jantung.

Di samping kemuliaan karakter dan watak Nabi, ada banyak kebiasaan Nabi SAW dalam kesehariannya.

1. Nabi SAW melakukan pekerjaannya secara konsisten dan kontinu.

2. Nabi SAW mengerjakan sesuatu dengan yang kanan, selama memungkinkan. Saat bersuci memakai sandal, melangkahkan kaki, makan, minum, berwudhu, mengenakan pakaian, mengambil dan memberikan sesuatu. Di luar ini beliau menggunakan tangan kiri.

3. Jika harus bersumpah, beliau mengucapkan, “Tidak, demi Zat yang menggenggam ayah Qasim.”

4. Jika melihat salah seorang dari keluarganya berbohong, sekali saja, Nabi takkan berpaling sebelum ia mengucapkan kata tobat. Beliau paling benci mendapati seseorang berbohong.

5. Jika Nabi SAW tidak menyukai sesuatu, ketidaksukaannya terlihat pada ekspresi wajahnya.

6. Jika marah saat berdiri maka Nabi akan duduk, jika marah saat duduk maka beliau berbaring sehingga amarahnya hilang.

7. Nabi SAW tidak duduk di tempat yang gelap sampai dinyalakan lampu. Tapi, jika sudah pagi, melihat lampu tidak beliau sukai.

8. Jika melihat jenazah, Nabi banyak diam dan merenung. Sahabat juga melihat beliau berbicara dengan diri sendiri mengenai si mayit dan apa yang menjadi tanggungannya.

9. Jika melihat jenazah selesai dikuburkan, Nabi SAW berdiri di sisi kuburannya dan berkata, “Mintakan ampun kepada Allah untuk saudaramu ini, mintakan agar ia diberi keteguhan, sebab sekarang ia sedang diurus.”

10. Nabi SAW tak pernah berkendaraan untuk mayit siapapun.

11. Jika khawatir melupakan suatu urusan, Nabi SAW mengikatkan benang pada telunjuk atau cincinnya.

9 kebiasaan Rasulullah yang terbukti memberikan manfaat untuk kesehatan tubuh.

1. Bangun lebih awal

Rasulullah selalu bangun pagi hari untuk melaksanakan salat Subuh. Bangun pagi membuat orang lebih produktif untuk memulai harinya, selain itu bangun pagi juga bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan mental.

Bangun lebih awal mungkin memang sulit. Cobalah dengan langkah-langkah kecil, seperti bangun tidur 15 menit sebelumnya. Dari langkah kecil tersebut, Anda dapat mulai meningkatkan kualitas hidup Anda.

2. Kurangi porsi makan

Porsi makan yang sedikit dapat mencegah penyakit, hal itu telah ditekankan oleh Nabi Muhammad dan sekarang banyak didukung oleh ilmu sains. Konsep Islam adalah 1/3 untuk makanan Anda, 1/3 untuk cairan Anda dan 1/3 untuk napas Anda. Konsep ini cocok dengan konsep ‘hara hachi bu’ di Jepang yang berarti makanlah sampai Anda hanya 80% kenyang.

3. Makan secara perlahan

Tubuh kita membutuhkan 20 menit untuk mengirim sinyal ke otak sebagai tanda bahwa perut kita sudah kenyang. Makan dengan perlahan akan membantu Anda mengonsumsi makanan lebih sedikit dan meningkatkan pencernaan Anda. Hal ini adalah yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad.

4. Makan dengan hati-hati

“Makanlah bersama dan tidak terpisah, karena berkah akan diberikan dalam kebersamaan.” (Ibn Majah).

Nabi menekankan untuk berbagi dan menikmati makanan dengan bersama-sama. Hal ini telah terbukti mengurangi stres dan membangun kebiasaan makan yang sehat di dalam keluarga dan anak-anak.

5. Minum dua atau tiga tegukan

Jangan minum air dalam satu tegukan, tetapi minumlah dengan dua atau tiga tegukan. Ini adalah cara Nabi Muhammad SAW minum air. Ilmu pengetahuan saat ini membuktikan bahwa ketika seseorang minum terlalu banyak air dalam waktu singkat mereka dapat mengalami sakit kepala, ketidakseimbangan kadar elektrolit darah dan kadang-kadang juga pusing. Minum perlahan dapat membantu Anda menyerap dan mendapatkan manfaat secara maksimal dari cairan tersebut.

6. Memakan buah delima

Delima dianggap sebagai buah kesukaan Nabi. Buah ini mengandung mangan yang membantu dalam pembentukan struktur tulang selama proses metabolisme serta mengandung kalium yang membantu dalam mempertahankan fungsi seluler dan menjaga keseimbangan dalam tingkat cairan. Selain itu ada juga flavonoid dan polifenol, antioksidan yang melindungi tubuh kita terhadap penyakit jantung.

7. Berpuasa

Bukti terbaru menunjukkan bahwa tidak hanya makanan yang kita konsumsi, tetapi waktu dan pola makan kita juga memiliki dampak besar pada kesehatan kita.

Berpuasa adalah hal yang paling sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya selama bulan Ramadan, ia akan berpuasa sampai Maghrib setiap hari Senin dan Kamis serta tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.

Hal ini mirip dengan praktik Puasa Intermiten. Dan telah terbukti menyeimbangkan kadar hormon, mencegah stres oksidatif, dan mengurangi peradangan secara keseluruhan.

8. Memakan buah kurma

Kurma adalah makanan yang sempurna untuk berbuka puasa. Buah ini dapat menstabilkan kadar gula darah, menyeimbangkan kadar elektrolit darah dan membantu memulai sistem pencernaan Anda.

Nabi Muhammad juga berkata:

“Keluarga yang memiliki kurma tidak akan kelaparan” (Muslim)

Saat ini kurma terbukti meningkatkan produksi oksitosin dalam tubuh dan mempercepat persalinan.

9. Selalu aktif

Nabi Muhammad juga selalu aktif menggerakkan tubuhnya agar sehat. Dalam Islam, melakukan salat adalah salah satu hal yang membantu menjaga tubuh Anda terus bergerak dan sehat. Tubuh yang sehat juga penting bagi umat Islam yang ingin menunaikan ibadah haji.

Kebiasaan Rasulullah
1. Sholat Subuh Rasulullah
Sholat Subuh menjadi penentu keberhasilan seorang muslim. Mereka yang pagi harinya diisi dengan Sholat Subuh berjamaah di masjid, maka akan mendapatkan jaminan dari Allah SWT. Agar bisa memulai hari dengan baik, kita bisa meniru kebiasaan sholat subuh Rasulullah.

Beliau biasa menunaikan sholat subuh bersama para Sahabat di masjid, dan kemudian tidak beranjak dari tempat sholatnya hingga matahari terbit. Ketika beliau mengetahui matahari telah terbit, beliau sholat dua rakaat, yang kini dikenal sebagai sholat sunnah syuruq. Kebiasaan Rasulullah itu dituturkan oleh Jabir bin Samurah dan diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.

Para ulama menjelaskan bahwa waktu antara ba’da Subuh hingga setelah terbit matahari itu biasa digunakan Rasulullah untuk berdzikir. Setelah itu, kita bisa menunaikan sholat syuruq atau sholat dhuha di awal waktu. Boleh juga melakukan sholat dhuha sebanyak empat rakaat atau lebih di sepanjang rentang waktu dhuha (tidak harus setelah matahari terbit).

2. Kebiasaan Rasulullah Membantu Pekerjaan Istri
Setelah kembali dari masjid, Rasulullah bertemu dengan istrinya di rumah. Namun, beliau tidak lantas bersantai dan berleha-leha. Hal yang dilakukan Rasulullah adalah membantu istrinya.

Aisyah ra. menuturkan (sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad) bahwa Rasulullah ikut membantu pekerjaan rumah tangga istrinya. Beliau tidak keberatan memerah susu kambing, menjahit baju, melayani kebutuhannya sendiri, hingga menjahit sandal.

3. Kebiasaan Rasulullah Bersikap Lembut kepada Keluarganya
Rasulullah merupakan pribadi yang lembut dan penuh kasih sayang. Dalam aktivitasnya di rumah, beliau selalu menunjukkan sikap yang baik, memuliakan, dan lembut.

Aisyah ra menuturkan bahwa Rasulullah tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap seorang wanita ataupun pelayan, melainkan di waktu sedang berjihad fi-sabilillah (HR.Muslim).

4. Kebiasaan Qailulah Rasulullah
 qailulah adalah tidur sejenak di siang hari. Kebiasaan ini beliau lakukan agar bisa bangun untuk sholat malam. Rasulullah bersabda, “Tidurlah pada waktu qailulah, karena sungguh setan tidak tidur qailulah.” (HR.Thabrani).

5. Makan dengan Tangan Kanan
Dalam hal sederhana seperti makan, ada kebiasaan Rasulullah yang bisa kita tiru agar makanan yang kita santap menjadi berkah. Rasulullah selalu makan dengan tangan kanan. Beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian makan, hendaknya ia makan dengan tangan kanannya, dan jika minum hendaknya minum dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR.Muslim).

6. Tidur Rasulullah
Tidur adalah saat manusia mengistirahatkan tubuhnya. Saat tidur, Rasulullah terbiasa berwudhu sebelum tidur, lalu sholat witir, membersihkan tempat tidur, kemudian berbaring menghadap kanan, dan ditutup dengan doa.

Rasulullah bersabda:

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR.Bukhari dan Muslim).

“Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya” (HR.Bukhari dan Muslim).

Abu Hurairah juga menuturkan, “Kekasihku yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepadaku tiga wasiat: berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha, mengerjakan witir sebelum tidur” (HR.Bukhari).

7. Kebiasaan Rasulullah Mengucapkan Salam
Rasulullah juga dikenal pribadi yang hangat dan selalu menjaga hubungan baik dengan orang di sekelilingnya. Dituturkan oleh Abu Hurairah, beliau pernah berpesan, “Hendaklah yang kecil memberi salam pada orang yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.” (HR.Bukhari dan Muslim).

8. Mengucapkan Terima Kasih dan Bersyukur
Nikmat Allah datang dari berbagai jalan. Karena itu, kita harus meneladani kebiasaan Rasulullah dalam berterima kasih kepada manusia dan bersyukur kepada Allah. Beliau bersabda, “Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia.” (HR.Abu Dawud).

9. Sholat Malam Rasulullah
Rasulullah terbiasa bangun malam untuk menunaikan sholat tahajud. Beliau berpesan kepada umatnya, ”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR.Bukhari dan Muslim).

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW SEPUTAR SHALAT
1.             Selalu shalat sunnah fajar
2.             Meringankan shalat sunnah fajar
3.             Membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun dalam shalat fajar (ayat lain yang dibaca Nabi dalam shalat sunnah fajar)
4.             Berbaring sejenak setelah shalat sunnah fajar
5.             Mengerjakan shalat sunnah di rumah
6.             Selalu shalat sunnah empat rakaat sebelum dhuhur
7.             Mengganti dengan empat rakaat setelah duhur jika tidak sempat shalat sebelumnya
8.             Shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum ashar
9.             Shalat sunnah dua rakaat sesudah maghrib
10.         Shalat sunnah setelah Isya’
11.         Mengakhirkan shalat Isya’
12.         Memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan rakaat kedua
13.         Selalu shalat malam (waktu shalat malam Rasulullah saw)
14.         Menggosok gigi apabila bangun malam
15.         Membuka shalat malam dengan 2 rakat ringan
16.         Shalat malam sebelas rakaat (format shalat malam Nabi sebelas rakaat)
17.         Memanjangkan shalat malamnya
18.         Membaca surat Al-A’la, Al-Kafirun dan Al-Ikhlas dalam shalat witir
19.         Mengganti shalat malam di siang hari jika berhalangan
20.         Shalat dhuha empat rakaat
21.         Tetap duduk hingga matahari bersinar setelah shalat subuh
22.         Meluruskan shaf sebelum mulai shlaat jama’ah
23.         Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram, akan ruku’ dan bangun dari ruku’
24.         Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
25.         Mengarahkan pandangan ke tempat sujud
26.         Merenggangkan kedua tangan ketika sujud hingga tampak ketiaknya yang putih
27.         Memberi isyarat dengan jari telunjuk ketika tasyahhud dan mengarahkan pandangan ke arah jari telunjuk
28.         Meringankan tasyahhud pertama
29.         Meringankan shalat jika berjama’ah
30.         Menghadap ke arah kanan makmum selesai shalat jama’ah
31.         Bersegera ke masjid begitu masuk waktu shalat
32.         Selalu memperbarui wudhu setiap kali akan shalat
33.         Tidak menshalatkan jenazah yang masih berhutang
34.         Menancapkan tombak sebagai pembatas jika shalat di tanah lapang
35.         Mengajari shalat kepada orang yang baru masuk Islam

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DI HARI JUM’AT DAN DUA HARI RAYA
36.         Membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan dalam shalat subuh di hari Jum’at
37.         Memotong kuku dan kumis setiap hari Jum’at
38.         Mandi pada hari Jum’at
39.         Memakai pakaian terbaik untuk shalat jum’at
40.         Memendekkan khutbah Jum’at dan memanjangkan shalat
41.         Serius dalam khutbahnya dan tidak bergurau
42.         Duduk di antara dua khutbah Jum’at
43.         Membaca surat Al-A’la dan Al-Ghasyiyah dalam shalat Jum’at
44.         Shalat sunnah setelah jum’at
45.         Tidak langsung shalat sunnah setelah Jum’at
46.         Mandi sebelum berangkat shalat Id
47.         Memakai pakaian teraik ketika shalat Id
48.         Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat Idul Fitri
49.         Baru makan sepulang dari melaksanakan shalat Idul Adha
50.         Shalat Id di tanah lapang
51.         Mengajak semua keluarganya ke tempat shalat Id
52.         Memperlambat pelaksanaan shalat Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat Idul Adha
53.         Langsung shalat Id tanpa Adzan dan Iqomah
54.         Dua kali khutbah dengan diselingi duduk
55.         Pergi dan pulang melalui jalan yang berbeda
56.         Berjalan kaki menuju tempat shalat Id
57.         Membaca surat Qaaf dan Al-Qamar dalam shalat Id
58.         Menyembelih hewan kurban di tempat pelaksanaan shalat Id

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM MASALAH PUASA
59.         Puasa dan berbuka secara seimbang
60.         Berbuka puasa sebelum shalat maghrib
61.         Berbuka dengan korma
62.         Tetap puasa meskipun bangun dalam keadaan junub
63.         Berpuasa jika tidak mendapatkan makanan di pagi hari
64.         Membatalkan puasa sunnah jika memang ingin makan
65.         Banyak puasa di bulan sya’ban
66.         Puasa enam hari syawal
67.         Puasa hari Arafah
68.         Puasa Asyura atau sepuluh muharam
69.         Puasa hari senin dan kami
70.         Puasa tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan
71.         Mencium istri di siang hari

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DI BULAN RAMADHAN
72.         Memperbanyak sedekah
73.         Memperbanyak membaca Al-Qur’an
74.         Megnakhirkan waktu sahur
75.         Puasa wishal
76.         Memperbanyak shalat malam (menghidupkan malam ramadhan)
77.         I’tikaf
78.         Menghidupkan sepuluh malam terakhir dan membangunkan keluarganya
79.         Menyuruh para sahabat agar bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM MAKAN DAN MINUM
80.         Tidak pernah mencela makanan
81.         Tidak makan sambil bersandar
82.         Makan dan minum dengan tangan kanan
83.         Makan dengan tiga jari
84.         Menjilati jari-jemari dan tempat makan selesai makan
85.         Mengambil nafas tiga kali ketika minum
86.         Minum dengan duduk dan berdiri
87.         Mulai makan dari pinggir tempat makan
88.         Berdo’a sebelum dan sesudah makan
89.         Tidak pernah kenyang dua hari berturut-turut
90.         Tidak pernah makan di depan meja makan

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM TIDURNYA
91.         Tidur dalam keadaan suci
92.         Tidur di atas bahu sebelah kanan
93.         Meletakkan tangan di bawah pipi
94.         Meniup kedua tangan dan membaca do’a lalu mengusapkannya ke badan
95.         Tidak suka tidur sebelum Isya’
96.         Tidur pada awal malam dan bangun di sepertiga akhir
97.         Berwudlu dulu jika akan tidur dalam keadaan junub
98.         Berdo’a sebelum dan setelah bangun tidur
99.         Membaca do’a jika terjaga dari tidur
100.     Tidur matanya namun tidak tidur hatinya
101.     Menyilangkan kaki jika tidur di masjid
102.     Tidur hanya beralaskan tikar
103.     Tidak menyukai tidur tengkurap

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM BEPERGIAN
104.     Berlindung kepada Allah dari beban perjalanan jika hendak bepergian
105.     Senang bepergian pada hari kamis
106.     Senang pergi pada pagi hari
107.     Menyempatkan tidur dalam perjalanan di malam hari
108.     Melindungi diri atau menjauh jika buang hajat
109.     Berada di barisan belakang saat bepergian
110.     Bertakbir tiga kali ketika telah berada di atas kendaraan
111.     Bertakbir saat jalanan naik dan bertasbih saat jalanan menurun
112.     Berdo’a jika tiba waktu malam
113.     Berdo’a jika melihat fajar dalam perjalanan
114.     Berdo’a ketika kembali dari bepergian
115.     Mendatangi masjid terlebih dahulu saat baru tiba dan shalat dua raka’at
116.     Mengundi istri-istrinya jika bepergian
117.     Shalat di atas kendaraan
118.     Menghadap ke arah kiblat terlebih dahulu jika shalat di atas kendaraan
119.     Mendo’akan orang yang ditinggal pergi
120.     Mendo’akan orang yang akan bepergian
121.     Memberi bagian tersendiri kepada orang yang diutus pergi

KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM DZIKIR DAN DO’ANYA
122.     Senang berdoa dengan do’a yang ringkas
123.     Membaca istighfar tiga kali dan berdzikir selepas shalat
124.     Membaca istighfar tujuh puluh kali hingga seratus kali setiap hari
125.     Membaca shalat dan salam atas dirinya jika masuk dan keluar dai masjid
126.     Membaca do’a di pagi dan sore hari
127.     Membaca do’a di akhir majelis
128.     Membaca do’a saat keluar rumah
129.     Berdo’a jika masuk dan keluar kamar kecil
130.     Berdoa jika memakai pakaian baru
131.     Berdo’a jika merasa sakit
132.     Berdo’a jika melihat bulan
133.     Memanjatkan do’a di saat sulit
134.     Berdo’a jika takut pada suatu kaum adam saat bertemu musuh
135.     Berdo’a jika bertiup angin kencang

PERNIK-PERNIK KEBIASAAN NABI SAW
136.     Selalu mengingat Allah di setiap waktu
137.     Mengulangi perkataan hingga tiga kali dan bicara dengan suara yang jelas
138.     Selalu mendahulukan yang kanan
139.     Menutup mulut dan merendahkan suara apabila bersin
140.     Tidak menolak jika diberi minyak wangi
141.     Tidak pernah menolak hadiah
142.     Selalu memilih yang lebih mudah
143.     Bersujud syukur jika mendapat kabar gembira
144.     Bersujud tilawah jika membaca ayat sajdah
145.     Tidak datang ke rumah pada waktu malam melainkan pada pagi dan sore hari
146.     Tidak suka berbincang-bincang setelah Isya’
147.     Tidak senang menyimpan harta dan selalu memberi jika ada yang meminta
148.     Mengulang salam hingga tiga kali
149.     Turut mengerjakan pekerjaan rumah
150.     Pergi ke masjid Quba setiap Sabtu
151.     Sangat marah jika hukum Allah dilanggar namun tidak marah jika dirinya disakiti
152.     Berubah warna mukanya jika tidak menyukai sesuatu
153.     Memilih waktu yang tepat dalam menasihati
154.     Tidak bohong dalam bergurau
155.     Berdiri apabila melihat iringan jenazah
156.     Baru mengangkat pakaian jika telah dekat dengan tanah saat buang hajat
157.     Buang air kecil dengan jongkok
158.     Bermusyawarah jika membicarakan suatu masalah yang penting
159.     Menyuruh istrinya agar memakai kain jika ingin menggaulinya dalam keadaan haid

Uncategorized

Biografi Shalahuddin Al Ayyubi Lengkap

Melihat Guy yang ketakutan Shalahuddin kemudian berkata, “Raja tidak membunuh Raja. Mengapa kamu tidak mendekati seorang raja agung untuk belajar dari keteladanannya?”

Shalahuddin al-Ayyubi, sultan yang juga panglima perang itu, berhadap-hadapan dengan Balian de Ibelin, salah satu pemimpin terpenting tentara Salib. Pertempuran yang baru terjadi antara kedua belah pihak meninggalkan kekalahan besar di pihak Balian. Sang Sultan, Shalahuddin al- Ayyubi, menghentikan pertempuran dan secara damai meminta Balian menyerahkan Yerusalem kepada kaum Muslimin dengan beberapa penawaran.

“Aku akan mengantarkan tiap-tiap jiwa (orang) kalian (umat Kristen) dengan aman ke wilayah-wilayah Kristen, setiap jiwa dari kalian, wanita, anak-anak, orang tua, seluruh pasukan dan tentara, dan juga ratu kalian. Dan, aku akan mengembalikan raja kalian dan pada apa yang Tuhan kehendaki atasnya. Tidak satu pun dari kalian akan disakiti. Aku bersumpah,” Shalahuddin menyampaikan tawarannya.

“Orang-orang Kristen membantai setiap Muslim yang ada di dalam tembok Kota Yerusalem ketika mereka merebut kota ini,” jawab Balian, ragu.

“Aku bukan orang-orang (pembantai) itu. Aku adalah Shalahuddin. Shalahuddin,” tegas Shalahuddin.

“Jika demikian, dengan perjanjian itu aku menyerahkan Yerusalem (pada umat Islam),” Balian mengambil keputusan.

Dialog tersebut mewarnai bagian akhir sebuah film yang diangkat dari kisah Perang Salib II pada abad ke-12, Kingdom of Heaven. Film yang disutradarai seorang Inggris dengan skenario ditulis seorang Amerika itu tidak saja menunjukkan kekuatan dan kekuasaan Shalahuddin, tetapi juga sikap toleransi dan ketidaksukaan sang panglima pada perang.

Meski dikenal jago berperang di padang pasir sehingga dijuluki Singa Padang Pasir, Shalahuddin sejatinya lebih suka menghindari perang dan menghentikan perang secara damai, meski musuhnya telah di ambang atau bahkan telah menelan kekalahan. Ia tidak membalas kejahatan pasukan Salib yang membunuh setiap Muslim di Yerusalem saat berhasil merebut kota suci itu lebih dari seabad sebelumnya.

Buku The Crusades Through Arab Eyes (1984) karya Amin Maalouf menjelaskan, Shalahuddin al-Ayyubi selalu ramah pada siapa pun yang datang mengunjunginya, selalu meminta mereka tinggal sejenak dan makan bersamanya, memperlakukan mereka dengan penuh hormat, bahkan kepada tamu non-Muslim sekalipun. Ia tidak dapat membiarkan pengunjungnya melanjutkan perjalanan dalam keadaan kecewa.

Suatu hari, di tengah gencatan senjata dengan Franj (Franks atau Prancis), para bangsawan Brin yang merupakan penguasa Antiokhia (kota tua di sisi timur Sungai Orontes, sekarang sebuah tempat di kota modern Antakya, Turki), tanpa diduga datang ke tenda Shalahuddin. Ia memintanya mengembalikan sebuah daerah yang telah diambil sang Sultan empat tahun sebelumnya. Shalahuddin menyetujuinya.

Selain itu, dalam banyak buku sejarah dan referensi lainnya, kita akan menemukan banyak kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin yang layak diteladani. Syamsuddin Arif (2008) dalam Orientalis dan Diabolisme Pemikiran mencontohkan, di tengah suasana perang, ia pernah beberapa kali mengirimkan buah-buahan untuk Raja Richard yang sedang sakit. Ia mengutus dokter terbaiknya, bahkan juga menyamar sebagai dokter, untuk memeriksa dan mengobati raja yang menjadi musuhnya itu.

Ketika menaklukkan Kairo, Shalahuddin tak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka, tetapi menunggu sampai raja mereka wafat. Baru setelah itu anggota keluarga Dinasti Fatimiyyah yang tersisa diantarkan ke tempat pengasingan mereka.

Gerbang menuju kota tempat benteng istana berada dibukanya untuk umum. Rakyat diperbolehkan tinggal di wilayah yang sebelumnya dikhususkan bagi kalangan bangsawan Fatimiyyah. Di Kairo, Shalahuddin tak hanya membangun masjid dan benteng, tetapi juga sekolah, rumah sakit, dan bahkan gereja.

Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka ketika ia akan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Karena itu, ia dikenal sebagai pemimpin yang wara dan zuhud.

Melegenda dan menginspirasi

Kisah sang Sultan telah menjadi cerita rakyat, melegenda, dan menginspirasi. Kehebatannya dalam berdiplomasi salah satunya terlihat dalam pertemuan militernya dengan Raja Richard “The Lion Heart” pada Perang Salib ketiga. Bagaimanapun, selain kemahiran diplomasi dan prestasi militernya, sosok Shalahuddin terus diingat atas kemampuannya menyatukan banyak dunia Muslim serta kemuliaan hati dan perilakunya, baik di dalam maupun di luar peperangan.

Karen Amstrong dalam bukunya, Perang Suci, menggambarkan, saat Shalahuddin dan pasukan Islam membebaskan Palestina, tak ada seorang Kristen pun yang dibunuh. Tak ada pula perampasan harta benda. “Jumlah tebusan pun sangat rendah. Shalahuddin menangis tersedu-sedu melihat banyak keluarga terpecah belah akibat perang. Ia pun membebaskan banyak tawanan, sesuai imbauan Alquran,” papar Amstrong.

Kekaguman terhadap Shalahuddin tak hanya datang dari kalangan Muslim. Keadilan dan kenegarawanannya juga membuat umat Nasrani yang kala itu tinggal di Yerusalem berdecak kagum. Dikisahkan bahwa suatu ketika seorang tua beragama Kristen bertanya pada Shalahuddin. “Mengapa Tuan tidak membalas musuh-musuh Tuan?”

Shalahuddin menjawab, “Islam bukanlah agama pendendam dan bahkan sangat mencegah seseorang melakukan perkara yang tidak berperikemanusiaan. Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf, dan melupakan kekejaman musuh, meski sebelumnya mereka menindas kita.”

Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati orang tua itu dan berkata, “Sungguh indah agama Tuan! Maka pada akhir hayatku ini, bagaimana agar aku memeluk agamamu?” Shalahuddin menjawab, “Ucapkanlah dua kalimat syahadat.” Atas semua kemuliaan itu, pengajar University of London dan penulis beberapa buku tentang Perang Salib, Jonathan Phillips, menyebut Shalahuddin sebagai pahlawan utama bagi umat Islam.

Salahuddin al-Ayyubi membebaskan sebagian besar orang-orang Nasrani yang ditawan
“Jangan tumpahkan darah, sebab darah yang tepercik tak akan tertidur.”

Itulah kalimat terakhir yang disampaikan Salahuddin al-Ayyubi kepada putranya, az-Zahir, sesaat menjelang kematiannya. Wasit tersebut sejalan dengan pendirian dan tindakan Salahuddin al-Ayyubi selama hidup. Ketika pasukan salib dikalahkan, yang dilakukan Salahuddin al-Ayyubi bukanlah menjadikan orang-orang Nasrani sebagai budak.

Ia malah membebaskan sebagian besar orang-orang Nasrani yang ditawan tanpa dendam. Padahal pada tahun 1099, ketika pasukan salib dari Eropa merebut Yerusalem, 70 ribu orang muslim di kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.

Diantara sekian banyak tokoh muslim terkemuka, Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193) yang di Barat dikenal dengan nama Saladin, memiliki tempat yang sangat terhormat di kalangan umat Islam, terutama karena Salahuddin adalah pejuang muslim yang berhasil merebut kembali kota suci Yerusalem pada 1187 setelah dikuasai tantara salib selama hampir 90 tahun. Kiprah Salahuddin dalam perang salib tersebut menancapkan pengaruh yang dalam seiring dengan residu Perang Salib itu sendiri yang hingga kini terus membayangi pola relasi antara Islam dan Barat pada umumnya.

“Selain dikagumi kalangan muslim, Salahuddin al-Ayyubi juga memiliki reputasi besar di kalangan Kristen Eropa. Ia dikenal dengan sifat-sifatnya yang mulia, sederhana, cinta ilmu, shaleh, taat beribadah, akrab, dan toleran terhadap orang lain, termasuk kepada kaum nonmuslim.”

Kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa. Salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott. Cerita-cerita heroiknya telah banyak dicatat dalam buku-buku sejarah. Bahkan penggalan kisahnya diangkat oleh Ridley Scott dalam film Kingdom of Heaven (2005).

Salahuddin adalah seorang jendral dan mujahid muslim. Di dunia Islam dan Kristen ia dikenal karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang kesatria serta pengampun terhadap musuh-musuhnya. Pelajaran kemiliteran didapatkan Salahuddin dari pamannya Asaduddin Shirkuh yang menjadi panglima perang Turki Saljuk. Bersama dengan pamannya, Salahuddin menguasai Mesir dan mendeposisikan sultan terakhir Dinasti Fatimiyah.

Salahuddin al-Ayyubi adalah pahlawan paling mengagumkan yang pernah dipersembahkan oleh peradaban Islam sepanjang abad VI hingga VII Hijriah. Berkat Salahuddin, umat dan peradaban Islam terselamatkan dari kehancuran akibat serangan dari kaum salib.

Sejarawan Philip K. Hitti, penulis buku The History of The Arabs membagi perang salib menjadi tiga periode. Periode pertama disebut periode penaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam. Pasukan salib yang dipimpin oleh Godfrey of Bouillon mengorganisasi strategi perang dengan rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Yerusalem pada 7 Juni 1099. Pasukan salib melakukan pembantaian besar-besaran selama lebih kurang satu minggu terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa, tua dan muda. Kemenangan pasukan salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan situasi di Kawasan itu.

Kali ini kita akan bercerita tentang seorang laki-laki mulia dan memiliki peranan yang besar dalam sejarah Islam, seorang panglima Islam, serta kebanggaan suku Kurdi, ia adalah Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi atau yang lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau juga Saladin. Ia adalah seorang laki-laki yang mungkin sebanding dengan seribu laki-laki lainnya.

Asal dan Masa Pertumbuhannya

Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.

Karena suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini menyusahkan dan merugikannya. Namun kala itu ada orang yang menasihatinya, “Engkau tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu ini akan menjadi seorang raja yang reputasinya sangat cemerlang.”

Dari Tikrit, keluarga Kurdi ini berpindah menuju Mosul. Sang ayah, Najmuddin Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni Imaduddin az-Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat. Di lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.

Diangkat Menjadi Mentri di Mesir

Sebelum kedatangan Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa berikutnya Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya. Orang-orang Turki, Sudan, dan Maroko menginginkan adanya revolusi. Saat itu Nuruddin Mahmud, paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan Syiah ini, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.

Nuruddin benar-benar merealisasikan cita-citanya, ia mengirim pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh untuk membantu keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi, di Mesir. Mengetahui kedatangan pasukan besar ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun lari kocar-kacir sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah orang-orang Fathimyah saja. Daulah Fathimiyah berhasil dihancurkan dan Shalahuddin diangkat menjadi mentri di wilayah Mesir. Namun tidak lama menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah.

Selama dua bulan memerintah Mesir, Shalahuddin membuat kebijakan-kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun dua sekolah besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini ia tujukan untuk memberantas pemikiran Syiah yang bercokol sekian lama di tanah Mesir. Hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini, Mesir menjadi salah satu negeri pilar dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan lainnya yang ia lakukan adalah mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.

Menaklukkan Jerusalem

Persiapan Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Jerusalem benar-benar matang. Ia menggabungkan persiapan keimanan (non-materi) dan persiapan materi yang luar biasa. Persiapan keimanan ia bangun dengan membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada kaum muslimin dengan membangun madrasah dan menyemarakkakn dakwah, persatuan dan kesatuan umat ditanamkan dan dibangkitkan kesadaran mereka menghadapi Pasukan Salib. Dengan kampanyenya ini ia berhasil menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando. Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah pasukan dengan cita-cita yang sama dan memiliki landasan keimanan yang kokoh.

Dari segi fisik Shalahuddin mengadakan pembangunan makas militer, benteng-benteng perbatasan, menambah jumlah pasukan, memperbaiki kapal-kapal perang, membangun rumah sakit, dll.

Pada tahun 580 H, Shalahuddin menderita penyakit yang cukup berat, namun dari situ tekadnya untuk membebaskan Jerusalem semakin membara. Ia bertekad apabila sembuh dari sakitnya, ia akan menaklukkan Pasukan Salib di Jerusalem, membersihkan tanah para nabi tersebut dari kesyirikan trinitas.

Dengan karunia Allah, Shalahuddin pun sembuh dari sakitnya. Ia mulai mewujudkan janjinya untuk membebaskan Jerusalem. Pembebasan Jerusalem bukanlah hal yang mudah, Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, perang ini dinamakan Perang Hathin, perang besar sebagai pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dalam perang tersebut kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan yang terdiri dari para ulama dan orang-orang shaleh, mereka berhasil membunuh 30000 Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya.

Setelah menguras energy di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di al-Quds, Jerusalem, dengan jumlah pasukan yang besar tentara-tentara Allah ini mengepung kota suci itu. Perang pun berkecamuk, Pasukan Salib sekuat tenaga mempertahankan diri, beberapa pemimpin muslim pun menemui syahid mereka –insya Allah- dalam peperangan ini. Melihat keadaan ini, kaum muslimin semakin bertambah semangat untuk segera menaklukkan Pasukan Salib.

Untuk memancing emosi kaum muslimin, Pasukan Salib memancangkan salib besar di atas Kubatu Shakhrakh. Shalahuddin dan beberapa pasukannya segera bergerak cepat ke sisi terdekat dengan Kubbatu Shakhrakh untuk menghentikan kelancangan Pasukan Salib. Kemudian kaum muslimin berhasil menjatuhkan dan membakar salib tersebut. Setelah itu, jundullah menghancurkan menara-menara dan benteng-benteng al-Quds.

Pasukan Salib mulai terpojok, merek tercerai-berai, dan mengajak berunding untuk menyerah. Namun Shalahuddin menjawab, “Aku tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu tidak menyisakan seorang pun dari umat Islam (ketika menaklukkan Jerusalem)”. Namun pimpinan Pasukan Salib, Balian bin Bazran, mengancam “Jika kaum muslimin tidak mau menjamin keamanan kami, maka kami akan bunuh semua tahanan dari kalangan umat Islam yang jumlahnya hampir mencapai 4000 orang, kami juga akan membunuh anak-anak dan istri-istri kami, menghancurkan bangunan-bangunan, membakar harta benda, menghancurkan Kubatu Shakhrakh, membakar apapun yang bisa kami bakar, dan setelah itu kami akan hadapi kalian sampai darah penghabisan! Satu orang dari kami akan membunuh satu orang dari kalian! Kebaikan apalagi yang bisa engkau harapkan!” Inilah ancaman yang diberikan Pasukan Salib kepada Shalahuddin dan pasukannya.

Shalahuddin pun mendengarkan dan menuruti kehendak Pasukan Salib dengan syarat setiap laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk perempuan 5 dinar, dan anak-anak 2 dinar. Pasukan Salib pergi meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina. Kaum muslimin berhasil membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.

Shalahuddin memasuki Jerusalem pada hari Jumat 27 Rajab 583 H / 2 Oktober 1187, kota tersebut kembali ke pangkuan umat Islam setelah selama 88 tahun dikuasai oleh orang-orang Nasrani. Kemudian ia mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid al-Aqsha, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut.

Wafatnya Sang Pahlawan

Sebagaimana manusia sebelumnya, baik dari kalangan nabi, rasul, ulama, panglima perang dan yang lainnya, Shalahuddin pun wafat meninggalkan dunia yang fana ini. Ia wafat pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus. Ia meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. Orang-orang ramai menyalati jenazahnya, anak-anaknya Ali, Utsman, dan Ghazi turut hadir menghantarkan sang ayah ke peristirahatannya. Semoga Allah meridhai, merahmati, dan  membalas jasa-jasa engkau wahai pahlawan Islam, sang pembebas Jerusalem.

Kisah mengenai Shalahuddin Al-Ayyub atau Saladin kerap diwarnai sanjungan. Namun ada sisi lain soal kekejaman sang panglima dalam Perang Salib Jilid Kedua yang membuatnya sangat ditakuti lawan.
“Yusuf, kemasi barangmu! Kita akan berangkat!”

Saat itu Desember 1168. Lebih dari dua puluh tahun sebelum pecah Perang Salib Kedua yang akan jadi peristiwa penting Kerajaan Islam merebut Kota Yerusalem. Sosok yang diperintah adalah keponakan dari pendekar bermata satu bertubuh tambun. Panglima tua bernama Shirkuh.

Pemuda yang sedang diperintah ini sangat berbeda dengan pamannya. Kurus, ringkih, dan usianya masih 31 tahun. Tampan, berkulit cerah, dan punya garis wajah melankolis. Namanya Yusuf bin Najmuddin. Dari Suku Kurdi. Pada hari itu ia ditugaskan Sultan Nuruddin untuk mengantar Shirkuh membawa pasukan Kerajaan Islam dari Damaskus untuk menuju Mesir guna membebaskan Mesir dari serangan orang-orang Kristen. Saat itu Yusuf begitu takut.

“Seperti seorang pria yang diantar menuju kematiannya,” kesan Yusuf seperti yang dikisahkan Karen Amstrong dalam Holy War: The Crusades and Their Impact an Today’s World (2001: 372-410).

Setelah memasuki Mesir beberapa bulan kemudian, sang paman mendadak meninggal dunia. Mesir sudah berhasil dikuasai kembali. Masalah kemudian muncul, siapa yang harus menggantikan sang paman?

Banyak amir (pemimpin) yang lebih layak daripada Yusuf, tapi beberapa petinggi ingin seseorang yang loyal dengan kepribadian yang lebih bersahabat. Yusuf adalah yang termuda dan tampak tidak berpengalaman serta paling lemah di antara para amir dalam pasukan Shirkuh, ia pun dipilih untuk memimpin Mesir.

Namun siapa sangka, sosok yang dikira lemah dan terlalu lembek ini malah menjelma jadi sosok yang kuat dan efektif dalam kampanye jihadnya merebut Yerusalem. “Ketika Tuhan memberiku negeri Mesir, aku yakin bahwa Dia juga bermaksud memberiku tanah Palestina,” kata Yusuf dalam pelantikannya sebagai Wazir (semacam gubernur) di Mesir.

Dan pada akhirnya orang-orang akan lebih mengenal dengan nama julukannya: Shalahuddin, yang berarti “keadilan agama”. Atau pasukan salib mengenalnya dengan panggilan “Saladin”. Panglima perang paling dihormati—sekaligus ditakuti—pasukan salib.

Shalahuddin tidak mendapatkan takhtanya begitu saja. Ia lebih dulu harus bersitegang dengan Sultan Nuruddin yang memberinya perintah beserta pamannya saat ia masih muda dan begitu polos beberapa tahun sebelumnya. Beruntung, takdir seperti menunjuk Shalahuddin memimpin pasukan muslim dalam kampanye jihadnya. Di tengah Sultan Nuruddin bersiap memerangi “pemberontakan” Shalahuddin di Mesir, pada 15 Mei 1174 Sang Sultan meninggal dunia. Membuat kursi “khalifah” kosong begitu saja.

Reputasi Shalahuddin sebagai sosok yang sangat religius memudahkan para fanatik balik menaruh dukungan kepadanya. Provinsi-provinsi Islam yang tersebar dan tercerai berai bersatu di bawahnya.

Pada akhirnya pasca 1181, untuk pertama kalinya—dan satu-satunya—dalam sejarah Islam, berdiri kerajaan-muslim yang begitu besar dan bersatu dalam satu panji. Dan di saat bersamaan, nama Yusuf tenggelam ditelan kebesaran nama julukannya sendiri: Shalahuddin Al-Ayyubi.

Kekejaman Shalahuddin

Dalam salah satu pertempuran paling dahsyat dalam Perang Salib jilid kedua, ada kisah yang terus menjadi gambaran pasukan salib betapa mengerikannya pasukan Shalahuddin di tanah Palestina. Pertempuran yang terjadi di Bukit Hattin, orang-orang Eropa menyebutnya “Battle of Hattin”.

Pertempuran yang juga dikisahkan—sedikitnya—oleh Ridley Scott dalam film Kingdom of Heaven (2005). Pertempuran yang bahkan jauh lebih dahsyat dari upaya perebutan Kota Yerusalem sendiri beberapa bulan kemudian.

Pasukan Salib saat itu dipimpin oleh Guy de Lusignan. Seorang fanatik yang menjadi Raja Yerusalem setelah kematian anak Sibylla, Raja Baldwin V yang menggantikan pamannya, Raja “Lepra” Baldwin IV yang dikenal sangat bijaksana. Guy sangat berambisi menghabisi “pasukan kafir” dan yakin bahwa serbuannya ke Tiberias (tempat mukim pasukan Shalahuddin) adalah takdir Tuhan.

Pertempuran Hattin juga sempat mengubah persepsi mengenai Shalahuddin yang dikenal welas asih pada musuhnya. Imaduddin al-Ishfakhani, sekretaris Shalahuddin membeberkan kesaksiannya, “Pada hari itu aku menyaksikan bagaimana Shalahuddin membunuh kaum tak beriman untuk memberi napas bagi Islam dan menghancurkan politeisme untuk membangun monoteisme.”

Adalah Reynauld of Chattilon, tangan kanan Guy Sang Raja Yerusalem, yang membuat Shalahuddin berubah jadi sosok kejam. Empat tahun sebelumnya, Reynauld membunuh adik perempuan Shalahuddin saat gencatan senjata masih terjalin antara pasukan salib dengan pasukan muslim. Memperkosa dan membantai seluruh kafilah muslim yang melewati tanah Palestina. Mengeksekusi dan menjarah wilayah-wilayah muslim.

Ketika seorang muslim mengingatkan akan gencatan senjata yang masih berlaku, Reynauld malah menghardik, “Biar Muhammad-kalian datang dan menolong kalian!”

Seolah belum cukup memprovokasi Shalahuddin, Reynauld juga memiliki rencana akan menyerang kota suci umat muslim: Mekkah. Rencana yang kelewatan ini justru memberi kekuatan berlipat di pihak pasukan muslim. Semua kabilah-kabilah kemudian bersatu di bawah panji Shalahuddin dan menghilangkan perselisihan masing-masing. Shalahuddin pun bersumpah, “Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri.” Maka terjadilah pertempuran terbesar dalam sejarah Perang Salib Jilid Kedua yang begitu kejam dan menentukan.

Kekalahan Kaum Fanatik

Sekalipun kampanye jihad merupakan cara yang membuat seluruh pasukan muslim bersatu, di pihak lawan kampanye yang sama malah dijalankan dengan cara yang jauh lebih banal. Mematikan akal sehat dan seolah-olah mempercayai bahwa Tuhan akan membantu Pasukan Salib dengan mukjizat.

Salah satu tanda-tanda itu datang ketika Guy menyetujui usulan Reynauld untuk mendatangi langsung pasukan Shalahuddin di Tiberias. Para kaum fanatik buta ini mengabaikan penalaran militer. Memburu pasukan Shaluhddin di tempat terbuka dan bukannya menunggu di balik tembok kastil Kota Yerusalem.

Bersama 20 ribu pasukannya, Guy dan Raunauld menyeberangi lembah-lembah Galilea dalam musim panas yang terik. Terbebani dengan baju zirah mereka yang berat. Shalahuddin—walaupun seseorang yang sangat religius—adalah panglima militer dengan kecerdasan strategi luar biasa. Ia tahu bahwa akses air adalah penentu jalannya pertempuran kali ini.

Shalahuddin membendung persediaan air dan mengeringkan banyak mata air. Memerintahkan pasukan pemanah grup kecil untuk mengincar tentara musuh yang terpisah dari rombongan. Para pasukan salib setengah gila karena kehausan. Pada akhirnya mereka sampai ke Laut Galilea dalam keadaan kelelahan dan baru menyadari bahwa satu-satunya sumber air adalah tempat di mana perkemahan pasukan Shalahuddin berada.

Sekalipun tanpa taktik semacam ini, Shalahuddin sebenarnya tetap bisa memenangi pertempuran–pasukan muslim 10 ribu lebih banyak, tapi Shalahuddin tahu, di belakang Guy dan Reynauld, ada Kota Yerusalem yang mesti direbut. Dalam rencana Shalahuddin, akan sia-sia jika kemenangan di Bukit Hattin tidak berlanjut ke kemenangan berikutnya.

Dalam kondisi lelah dan dehidrasi yang luar biasa, pasukan salib beristirahat di Bukit Hattin. Sorak-sorai pasukan Shalahuddin sudah terdengar dari kejauhan. Menunjukkan betapa siap pasukan Shalahuddin menyambut kemenangan yang bertepatan pada tanggal 26/27 Ramadhan. Hari suci umat muslim yang pada akhirnya diperingati oleh Shalahuddin sebagai malam “nuzulul Quran”–hari pertama kalinya ayat Alquran turun ke dunia.

Pada akhirnya saat fajar 4 Juli 1187, berangkatlah pasukan Shalahuddin menyerbu Bukit Hattin tempat pasukan salib berkemah. Mengalahkan begitu telak dan hanya menyisakan sedikit dari mereka. Beberapa baron dan ksatria memang ada yang lolos dari kepungan pasukan Shalahuddin. Beberapa di antaranya adalah Balian de Ibelin, sosok yang akan memimpin milisi dan tentara rakyat Yerusalem mempertahankan kota dari pasukan Shalahuddin beberapa bulan kemudian.

Setelah pertempuran usai, Shalahuddin membawa dua tawanan yang paling berharga ke dalam tendanya. Raja Guy dan Reynauld. Dua pria yang sangat kelelahan sekaligus kehausan. Shalahuddin memberi Guy sebuah air es yang menyegarkan. Guy meminumnya, kemudian memberikan kepada Reynauld.

Sudah dalam tradisi Arab bahwa seorang tuan rumah tidak boleh membunuh lelaki yang ia beri makan dan minum. Ketika Reynauld minum dengan begitu entengnya tanpa perintah tuan rumah, Shalahuddin bertanya, “Siapa yang mengizinkanmu minum?”

Reynauld cuma bergeming. Shalahuddin pun melanjutkan kalimatnya, “Karena itu aku tidak diharuskan menunjukkan belas kasihan kepadamu.” Seketika kalimat itu usai, Shalahuddin langsung mencabut pedang dari sabuknya dan memenggal kepala Reynauld di hadapan Guy yang ketakutan dan yakin bahwa gilirannya akan tiba.

Melihat Guy yang ketakutan Shalahuddin kemudian berkata, “Raja tidak membunuh Raja. Mengapa kamu tidak mendekati seorang raja agung untuk belajar dari keteladanannya?”

Raja agung yang dimaksud adalah Raja Baldwin IV, raja yang menderita penyakit lepra sampai akhirnya meninggal dunia. Meninggalkan Kerajaan Kristen Yerusalem dalam genggaman Raja Guy sang fanatik buta dan membuat Kerajaan Islam akhirnya mampu menguasainya.

Salahuddin berasal dari suku bangsa Kurdi, yaitu wilayah yang berdekatan dengan Iran, Irak, Suriah, dan Turki yang saat ini dikenal dengan daerah Kurdistan. Sebelum ia lahir, ayahnya yang bernama Najmuddin bin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah ke wilayah Tikrit (Irak). Salahuddin lahir di benteng Tikrit 1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Saljuk di Tikrit.

Salahuddin mulai menekuni ilmu militer ketika masih remaja, saat itu ayahnya diangkat menjadi gubernur Belbek dan menjadi pembantu Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selain ilmu militer, Salahuddin juga mengisi masa mudanya dengan belajar politik dan pemerintahan. Kemudian dalam waktu 10 tahun ia melanjutkan studi ke Damaskus untuk belajar teologi Sunni. Setelah pulang dari belajar, pada 1169 ia diangkat menjadi seorang wazir (konselor) kerajaan.

Selama karier militernya, dan ketika ia menjabat sebagai wazir di Mesir, kemudian menjadi sultan Mesir. Salahuddin menghadapi berbagai peperangan besar seperti mematahkan kekuatan Tentara Salib yang menginvasi Mesir sebanyak dua kali. Selama memerintah Mesir, Salahuddin berhasil mengembalikan ajaran Sunni di Mesir dan menemukan dinasti Ayyubid.

Pada suatu hari di masa tuanya, Salahuddin Al-Ayyubi pergi berburu, berburu merupakan hobinya sejak muda. Namun, setelah pulang dari berburu kondisi badannya lemah dan ia jatuh sakit. Ia terserang demam kuning yang membuatnya terbaring sakit selama sepuluh hari. Di hari yang kesepuluh ia kelihatan pulih dan mendapatkan kembali kekuatannya. Namun, di hari kedua belas sakitnya kambuh lagi hingga akhirnya ia kembali ke hadirat Allah Swt, pada tanggal 4 Maret 1193 M/ 22 Safar 589 H.

Semoga Allah menempatkannya pada kedudukan syuhada, shiddiqin dan sholihin, Amin Ya Rabbal Alamin

Sejarah tidak datang dengan hal yang baru. Ia hanya akan terus berulang dengan peran, tempat dan waktu yang berbeda. Ia memberi kesempatan siapapun yang berjalan dengan waktu yang disediakan Allah. Sejarah begitu mahal dan agung. Ia bukan hanya catatan dari masa lampau, bukan pula ingatan akan kenangan-kenangan belaka. Sejarah adalah pelajaran, ibrah untuk mereka yang mau berfikir. Ia adalah lembaran hidup yang penuh kisah untuk diambil jadi panduan berjalan. Ibnu Khaldun menyebutnya tentara-tentara Allah.

Al-Qur’an mengisyaratkan banyak titik-titik sejarah untuk diilhami oleh akal yang mau berfikir. Dari kisah para nabi, rasul, serta para raja yang angkuh dan yang bijak. Al Quran juga mengisahkan manusia biasa dengan keimanan sekeras baja. Wanita-wanita dengan segala watak dan posisinya juga tak luput diberitakan Al-Qur’an untuk diteladani serta diambil pelajaran. Sejarah mengambil porsi yang besar bagi pribadi yang bertekad untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Dr. Muhammad as-Shalabi menjelaskan, bahwa sesungguhnya buah hakiki dari mempelajari sejarah adalah mengambil pelajaran dan menguasai sunnah-sunnah Allah. Di antara pelajaran-pelajaran tersebut adalah: (1) Pentingnya inisiatif dalam gerakan kebangkitan; (2) Pentingnya dorongan agama dalam memberikan semangat kepada rakyat; dan (3) Pentingnya persatuan dalam menghadapi bahaya yang datang dari dalam maupun luar.

Pada tahun 532 H/1137 M, di sebuah daerah bernama Tikrit, lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga yang berasal dari etnis Kurdi. Dalam wafayat al a’yan, disebutkan bahwa awalnya sang ayah merasa dirundung sial dengan kehadiran sang bayi karena suatu alasan. Namun, salah seorang pengikutnya berusahan menghiburnya serta memberikan saran. Ia juga berdoa agar kelak anak ini akan menjadi seorang raja yang agung, memiliki marwah serta kedudukan yang tinggi. Kelak, umat Islam mengenal sang anak sebagai panglima pembebas Baitul Maqdis: Shalahuddin Al Ayubi.

Damaskus dan Aleppo menjadi langkah awal Shalahuddin untuk menguasai ilmu agama. Tak hanya ilmu agama, kemahiran bertarung, berburu, memanah dan segala bentuk latihan laiknya seorang pahlawan ia peroleh dari sini. Dan dari Nuruddin Mahmud Zanki-lah, sang guru yang sekaligus sultan Aleppo nan shalih, ia banyak belajar serta menghidupkan visi hebatnya untuk membebaskan serta mengembalikan Baitul Maqdis al Mubarak ke pangkuan kaum Muslim.

Jatuhnya Baitul Maqdis

Di akhir tahun 488 H/1095 M, Paus Urbanus II menyerukan Perang Salib untuk merebut Baitul Maqdis dari tangan kaum Muslim. Kepada pasukan yang ikut serta dalam misi perang salib, Paus berjanji akan menghapus hukuman dari dosa-dosa yang telah mereka lakukan di masa silam serta melindungi keluarga yang ditinggalkan. Dengan jumlah dan kekuatannya yang besar, Pasukan Salib menjadi momok menakutkan, membuat kekuatan kaum Muslim terlihat sangat rapuh.

Rapuhnya kekuatan umat Islam tak lain disebabkan perpecahan yang terjadi di tubuh kaum Muslim sendiri. Antara penguasa Muslim di Bumi Syam saling mengintai dan menjatuhkan satu sama lainnya. Belum lagi perselisihan aliran serta politik antara Daulah Fathimiyah dan Dinasti Saljuk yang memuncak tatkala pasukan salib mulai mendekati dan bergerak di wilayah-wilayah kaum Muslim.

Baik penguasa-penguasa Dinasti Saljuk maupun Daulah Fathimiyah, masing-masing melihat dan berharap kedatangan rombongan tentara salib akan membantu mereka untuk menumpas maupun memangkas kekuatan saingan mereka dari kalangan kaum Muslim sendiri. Akibatnya, rombongan pasukan salib Eropa dengan mudah bergerak serta leluasa memasuki wilayah Syam, sampai akhirnya mereka berhasil menduduki Baitul Maqdis dan wilayah bagian Pantai Syam secara keseluruhan.

Kelalaian yang menjangkiti kaum Muslimin saat itu membuat pasukan salib dengan mudahnya menguasai banyak wilayah kekuasaan umat Islam yang pada akhirnya berhasil merebut Baitul Maqdis. Ibnul Jauzi mengisahkan peristiwa yang sangat memilukan tersebut sebagai berikut:

“Kalaulah bukan karena terjadi pembantaian besar-besaran terhadap umat Islam di Baitul Maqdis dan informasinya menyebar, maka tentunya mereka (umat Islam) masih terlelap dalam tidurnya. Tidak banyak negeri-negeri kaum Muslim yang tersadar dari tidurnya sehingga harus membayar mahal kesalahannya ketika pasukan musuh datang menyerang. Menjadikan mereka sebagai bagian kisah dari masa lalu (karena telah hancur). Tidak tersisa lagi gelar-gelar menggelora nan menipu seperti halnya Mustarsyid Billah, Muqtafi Billah, Mustanjid Billah, dan Nashir Lidinillah, dan lain sebagainya. Jika asumsi saja tidak memberikan kebenaran, apatah halnya dengan kebohongan yang nyata? Apabila umat Islam tidak mempercayai Allah, maka tidak ada yang perlu disalahkan kecuali diri mereka sendiri.”

Baitul Maqdis terus terlepas dari tangan umat Islam hingga tiba hari dimana Shalahuddin berada di barisan terdepan kaum Muslim. Memimpin mereka untuk menampakkan izzah Islam yang bertahun-tahun dihinakan oleh pasukan musuh. Dihadapinya setiap pertempuran dengan gagah sampai mereka berhasil membebaskan Baitul Maqdis. Shalahuddin tersungkur dalam sujudnya, bersyukur kepada Allah azza wa jalla atas nikmat-Nya. Tidak ada pembantaian saat ia dan pasukannya memasuki Baitul Maqdis, sebaliknya para musuh dan tawanan ia perlakukan dengan adil. Di hari itu, Baitul Maqdis yang mulia kembali ke pangkuan umat Islam melalui sosok panglima hebat nan shalih, Shalahuddin al Ayyubi

Tak diragukan ketaqwaan menjadi hal yang utama untuk membentuk pribadi-pribadi hebat. Taqwa adalah perisai sekaligus tameng untuk setiap keadaan. Kesemua itu tampak pada kesungguhan Shalahuddin untuk menanamkan aqidah yang kuat di dalam dirinya. Tak hanya bagi dia, juga bagi anak-anak keturunannya.

Shalahuddin al Ayyubi senantiasa melazimkan shalat berjamaah, shalat rawatib maupun shalat malam meskipun ia dalam keadaan berbaring karena sakit. Seorang pemimpin yang hebat dan pribadi nan agung akan selalu patuh menghadap sang Rabb dalam setiap shalatnya. Dari sanalah Shalahuddin mendapatkan ketenangan serta mengadukan setiap masalah dan keluhan yang ia hadapi kepada Allah azza wa jalla. Seseorang yang mengagungkan Tuhannya, niscaya menjadi pribadi yang hebat dan agung.

Murid Nuruddin Zanki ini juga dikenal sebagai pribadi yang suka mendengar bacaan Al-Qur’an hingga ia sendiri yang memilih para imam-imam shalat. Shalahuddin juga merupakan sosok yang teramat lembut hatinya sehingga selalu menetes air matanya saat mendengar dibacakannya ayat-ayat Al Quran. Suatu ketika, ia mendengar suara anak kecil yang melantunkan Al Quran dengan bagus. Hal tersebut membuatnya kagum dan memberikan hadiah pada sang anak makanan khusus yang biasa ia makan. Tak hanya itu, ia juga menghadiahkan satu lahan pertanian untuk ayah sang anak.

Sebagaimana kegemarannya mendengarkan bacaan Al-Qur’an, Shalahuddin juga sangat senang mendengar Hadist-hadist Rasulullah. Jika ia dengar ada seorang syaikh yang memiliki riwayat suatu hadist, ia akan datang padanya atau meminta didatangkan kepadanya. Ia akan mengajak para penguasa beserta orang-orang di sekitarnya untuk ikut mendengarkannya bersama-sama dengannya. Ia juga memerintahkan kepada rakyatnya untuk mendengarkan hadist Rasulullah. Di saat sendiri, Shalahuddin akan meminta didatangkan buku-buku hadist untuk ia baca.

Semua sifat taqwa berkumpul dalam diri Shalahuddin. Membentuknya menjadi pribadi yang kokoh. Dengannya ia menghidupkan jihad dalam dirinya sebelum ia mengendarai kudanya, memegang pedang serta berlari menuju medan pertempuran.

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS:  Al-Imran:120)

Ketaqwaan yang ada pada diri Shalahuddin melahirkan kebaikan serta sifat-sifat mulia lain yang menyertainya. Diantaranya adalah sifat adil yang mutlak wajib dimiliki seorang pemimpin. Sifat pemberani juga mengalir bersama darah di dalam tubuh Shalahuddin. Keberanianlah yang menggerakkan langkah untuk tetap tegar di bawah guyuran hujan, tetap tegak di bawah terik matahari dan tidak goyah menghadap musuh.

Mengambil ibrah dari Shalahuddin dan pembebasan Baitul Maqdis adalah sebuah keharusan bagi kaum Muslim untuk menegakkan kemuliaan agama yang kita selalu impikan. Keinginan untuk membebaskan serta mengembalikan Baitul Maqdis adalah tujuan mulia yang ingin digapai oleh umat Islam, seperti halnya yang dicitakan Shalahuddin serta gurunya, Nuruddin Zanki. Yang penting untuk diperhatikan, generasi Shalahuddin tidak lahir begitu saja di medan perang tanpa ada faktor yang menyertainya. Mereka lahir karena adanya sebab dan proses yang dijalani. Dari keluarga, lingkungan serta masyarakat yang shalih dan kuat beragama, lahir sosok Shalahuddin.

Dari Shalahuddin kita belajar bahwa jihad paling utama yang harus dilakukan sebelum maju di medan tempur adalah terlebih dahulu menghancurkan musuh di dalam diri masing-masing. Sebab di sana ada benteng yang harus dihancurkan sebelum menghancurkan benteng musuh.

Hari ini, Palestina dan Baitul Maqdis terus menyeru kepada kaum Muslim akan kesulitan yang mereka lalui. Sejarah selalu berputar, dan kini ia kembali kepada mereka dengan keadaan penuh derita. Berbagai peristiwa yang terjadi saat ini di tubuh umat Islam memberikan gambaran bahwa keadaan mereka tidak berbeda jauh dengan 10 abad sebelumnya, di masa-masa sebelum pasukan Salib datang menyerang. Jatuhnya Baitul Maqdis dalam perang Salib juga mengajarkan pada kita bahwa perpecahan itu melemahkan dan hanya akan berujung tangis penyesalan. Ia mengajarkan bahwa keinginan untuk saling menjatuhkan hanya akan menjauhkan rahmat Allah untuk memberikan kepada kita kemenangan. Sudah sepatutnya kita kembali membuka lembaran lama. Membacanya dengan saksama seraya mencatat apa yang bisa kita ambil sebagai ibrah dan pelajaran.

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S.Al-Anfal:46)

Semoga Allah mengembalikan Baitul Maqdis dan Palestina ke pangkuan umat Islam. Wallahu’alam bis shawab.

Dari bukan siapa-siapa, karirnya melesat jauh melampaui tokoh-tokoh pada masanya. Bahkan lebih dari itu, sepak terjangnya telah menjadi salah satu titik balik yang mengubah arus sejarah peradaban Islam di Timur Tengah dan Kristen di Eropa.

Di antara sekian nama tokoh Muslim yang dikenal dunia Barat, nama Shalahuddin Al-Ayyubi atau Barat sering menyebutnya Saladin, mungkin salah satu yang menempati posisi paling atas. Ialah aktor kunci dalam Perang Salib, yang berhasil merebut Yerusalem dari kekusaan pasukan Salib.

Pada saat kelahirannya, dunia Islam sedang mengalami masa pancaroba. Kekhalifahan Abbasiyah sedang menurun pamornya, menyusul meningkatnya pamor dinasti Saljuk di Asia Tengah. Pada masa itu, dapat dikatakan secara de facto, Abbasiyah sebenarnya berada di bawah kendali dinasti Saljuk. Orang-orang Saljuk lah yang dengan gilang gemilang mengakhiri perang panjang antara Bizantium-Arab, pada pertempuran Manzikert tahun 1071 M.

Pada tahun 1095 M Paus Urbanus berpidato di Clermont di Prancis selatan, dan mendeklarasikan Perang Salib. Mereka merangsek ke Yerusalem yang saat itu sedang dikuasai oleh dinasti Fatimiyah yang juga sedang “sakit keras”. Pada Mei 1098 M, dinasti Fatimiyah harus menghadapi dua front sekaligus, pasukan Salib dan Pasukan Saljuk yang terus memperluas areal kekuasaannya. Sebagaimana sejarah mencatat, akhirnya Yerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib dan berkuasa di sana.

Nama lengkapnya Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi. Ia lahir di kota Tikrit (sekarang Irak), tahun 1138 M. Konon, di dalam darahnya mengalir juga darah Arab, dari sebuah keluarga terhormat di masanya. Tapi yang pasti ia adalah seorang keturunan Kurdi dan berasal dari keluarga pejabat daerah. Ayahnya, Najmuddin Ayyub, adalah penguasa Saljuk di Tikrit, pada masa pemerintahan Imaduddin Zanky, penguasa Saljuk untuk wilayah kota Mousul, Irak.

Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 1139 M, Najmuddin Ayyub kemudian diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah, Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik.

Disamping itu, ia dikenal memiliki pengetahuan yang mumpuni di bidang astronomi dan geometri. Setelah cukup dewasa, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari agama selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Dari tempat inilah Shalahuddin memulai karirnya.

Tidak ada yang istimewa dari semua latar belakang yang dimiliki Shalahuddin. Di tengah turbulensi sejarah yang sedang berkecamuk di masanya, kecil sekali potensi capaian monumental yang bisa diraih dengan latar belakang, dan juga posisi jabatannya saat itu. Tapi semua berubah ketika salah satu wazir (penasihat) Fatimiyah datang ke istana Nuruddin untuk memohon bantuan.

Ketika itu, dinasti Fatimiyah sedang dalam masa kemerosotan yang parah. Sejak wafatnya Khalifah Al-Hakim pada 1021, para Khalifah dinasti ini naik tahta pada usia sangat belia. Sehingga peran penasihat menjadi krusial dalam mengelola negara.

Perebutan posisi wazir Fatimiyah ini menjadi salah satu sebab jatuhnya dinasti tersebut. Dari 15 wazir Fatimiyah, empat belas di antaranya meninggal dengan cara yang tragis. Demikian pentingnya posisi ini, hingga untuk mencapai posisi tersebut, mereka bisa saling membunuh di antara mereka. Dan wazir yang datang ke Nuruddin untuk meminta bantuan, bernama Syawar.

Ia sebelumnya digulingkan dari posisinya, dan bermaksud ingin mengambil kembali posisinya dengan bantuan dari Nuruddin. Pada awalnya Nuruddin sempat enggan masuk dalam urusan internal keluarga dinasti Fatimiyah. Di samping itu, untuk mencapai Mesir juga bukanlah hal yang mudah, karena pasukannya harus terlebih dahulu melewati pasukan Frank yang sudah menduduki wilayah Ascalon (sekarang Ashkelon, wilayah pesisir yang jaraknya sekitar 60 Km dari Yerussalem).

Namun akhirnya ia menyetujui untuk membantu wazir tersebut dan memerintahkan paman Shalahuddin yang bernama Asaduddin Syirkuh untuk membantu wazir tersebut merebut kembali posisinya. Mendapatkan perintah ini, pamannya bersikeras mengajak Shalahuddin yang saat itu masih berusia 26 tahun untuk menyertainya dalam misi tersebut.

Pada 15 April 1154, pasukan yang dipimpin oleh Syirkuh mulai bertolak ke Mesir dengan membawa 10.000 pasukan kavaleri. Jarak yang akan mereka tempuh untuk sampai ke wilayah kekuasaan dinasti Fatimiyah adalah sekitar 830 Km. Di dalam jajaran pasukan ini, Shalahuddin bertindak sebagai orang kepercayaan pamannya. Dan bagi Shalahuddin sendiri, ini adalah ekspedisi militer pertamanya, sekaligus langkah pertamanya di panggung sejarah dunia.

Raja agung itu, pada saat meninggal, ia hanya meninggalkan harta sebesar 40 keping perak dan satu koin emas. Sisa hartanya sudah habis dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.

Setelah menaklukan Yerusalem, tentara Salib tidak menyerah begitu saja. Tantangan selanjutnya bagi Shalahuddin, adalah mengembalikan kedamaian di kota itu, yang sebelumnya sudah renggang akibat pengelolaan yang salah dari pemerintahan tentara Salib sebelumnya.

Berbeda sekali dengan tentara Salib yang ketika memasuki Yerusalem justru membantai kaum Muslimin dan Yahudi, Shalahuddin, justru memasuki wilayah itu dengan damai. Sebaliknya, tentara Salib yang tersisa disana, karena didorong oleh rasa takut, justru mengancam akan menghancurkan Dome of the Rock, kecuali umat Islam menjamin keselamatan mereka.

Atas tindakan ini, Shalahuddin akhirnya bersedia menyetujui tuntutan mereka. Bahkan ia menebus nyawa para penduduk Yerusalem dan tentara Salib. Sekitar 18.000 sandera dibebaskan, dan sisanya sekitar 14.000 orang, 1000 diantaranya diminta oleh saudara Shalahuddin dengan alasan untuk dijadikan sebagai propertinya, dan ini diperkenankan oleh Shalahuddin.

Setelah 1000 orang tersebut di miliki oleh saudaranya, kemudian ia membebaskan semuanya. Sebuah sikap yang tidak pernah ditunjukkan oleh tentara Salib pada sat pertama kali mereka menaklukkan Yerusalem pada 1099 M.

Tidak hanya itu, ia juga juga mendengarkan permohonan orang-orang miskin, yang tidak mampu membayar tebusan atas diri mereka. Kepada mereka, Shalahuddin membebaskan tanpa syarat. Meski sikap ini terlihat sangat mulia, namun secara strategis, ternyata sikap ini salah.

Belas kasih yang berlebihan diberikan pada tentara Salib dan toleransi yang sangat tinggi kepada para tentara ini, akan dituai nanti oleh Shalahuddin. Kelak, mereka kembali berkelompok menyusun kekuatan dan berhasil melemahkan kekuatan pasukan kaum Muslimin di Acre, sehingga mengalami kekalahan.

Kisah jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin segera disambut berbagai tanggap di Eropa. Umumnya mereka tidak menerima kenyataan ini. Seorang sejarawan bahkan menyatakan, Paus Urban III meninggal karena shock ketika mendengar kabar tersebut. Penggantinya, Paus Gregory VIII kemudian menyerukan Perang Salib lainnya untuk merebut kembali Yerusalem. Deklarasikan ini menandakan dimulainya Perang Salib III.

Sebagai pembuka tentara Salib merebut pelabuhan Tirus (sekarang Lebanon). Sebuah kota pesisir yang strategis untuk menjadi kantong kekuatan awal tentara Salib, sebelum akhirnya bergerak menunju Yerusalem. Setelah menaklukan Tirus dengan mudah, akibat gagalnya pasukan Shalahuddin mengkonsolidasikan diri, gelombang pasukan Salib dari Eropa mulai datang secara bergelombang.

Gelombang kedatangan pasukan Salib ini baru selesai hingga dua tahun berikutnya. Diantara mereka ada legenda yang tak kalah pamornya dengan Shalahuddin, yaitu Raja Inggris, Richard I, Coeur de Lion, atau Richard Si Hati Singa (Richard the Lion Heart). Segera setelah tiba, Richard mengirim surat kepada Shalahuddin untuk melakukan pertemuan.

Namun Shalahuddin menolak dengan menjawab bahwa bukan kebiasaan yang baik bagi kedua raja bertemu di tengah sebuah pertempuran hingga terjadi genjatan senjata yang disetujui kedua belah pihak.

Pertempuran antara kedua pasukan ini lalu berlanjut dari Agustus 1189 sampai Juli 1191, yang berakhir dengan kekalahan pasukan kaum Muslimin dan jatuhkan kota Acre ke tentara Salib. Setelah kekalahan ini, gencatan senjatapun dilakukan, dan kedua raja bertemua untuk menegosiasikan pembebasan 3000 pasukan Muslim yang disandera oleh pasukan Salib.

Namun perundingan ini ternyata berjalan alot, dan Richard akhirnya frustasi. Ia lalu mengambil tahan Muslim yang ada di Acre, temasuk diantaranya wanita dan anak-anak, kemudian membawanya ke puncak bukit di luar kota agar terlihat oleh pasukan kaum Muslimin. Seketika, ia mengeksekusi semua tahanan tersebut dengan cara memenggal kepala mereka. Menjawab ini, Shalahuddin kemudian mengeksekusi tentara Salib yang ada di Damaskus.

Beberapa bulan kemudian, pada September 1191, Richard dan Shalahuddin kembali melakukan pertempuran Arsuf (sekarang Palestina). Dalam pertempuran kali ini, Richard lagi-lagi menang, disebabkan oleh faktor kepemimpinannya yang kuat. Namun meski kalah beberap kali, Shalahuddin bukan raja yang kebanyakan. Ia memiliki kesabaran dan napas perjuangan jangka panjang yang sangat tangguh.

Bahkan ketika salah satu peristiwa, pasukan Richard mengalami kekalahan disatu pertempuran yang kecil, dan Richard kehilangan kudanya, Shalahuddin mengirimkan tongkat dan kuda untuk membantunya kembali. Kisah ini kemudian menjadi legenda yang semakin mengharumkan nama Shalahuddin sebagai raja yang agung.

Setelah kemenangan demi kemenangan yang berhasil diraihnya, dan pasukan Richard sudah menguasai wilayah yang cukup luas, namun mereka akhirnya menyadari, bahwa rangkaian pertempuran ini masih sangat jauh untuk sampai ke Yerusalem, apalagi menaklukkan kekuasaan dinasti Ayyubiyah. Ditambah lagi, Richard memahami bahwa yang

dihadapinya bukanlah raja biasa. Pada satu musim dingin, banyak tantara Salib mengalami sakit, termasuk Richard. Shalahuddin lagi-lagi menunjukkan kebesaran jiwanya dengan mengirim dokter pribadinya kepada Richard untuk mengobatinya. Melihat ini, Richard semakin tidak percaya pada kemampuan dirinya. Dan akhirnya ia mulai mecari jalan keluar dari semua keadaan ini. ia menawarkan kepada Shalahuddin untuk menikahi saudarinya, Joan of England. Sebagai hadiahnya adalah Yerusalem yang akan diduduki dan diperintah bersama oleh kaum Muslimin dan Kristen.

Namun rencana imajinatif ini ditolak oleh Joan. Ia begitu marah kapada kakaknya dan kembali ke Inggris sesegera mungkin. Di Inggris sendiri, saudara laki-lakinya, John sedang melakukan pemberontakan terhdap kekuasaan Richard dan mengambil alih tahta. Mendapat kabar ini, Richard bergegas pulang kampong. Tapi sebelumnya, ia ingin menyelesaikan perkaranya dengan Shalahuddin.

Pada bulan Juni 1192, Perjanjian Ramla terjadi antara Richard dan Shalahuddin. Isinya antra lain, Yerusalem tetap berada dibawah kendali kaum Muslimin asalkan para peziarah Kristen dibebaskan untuk melakukan ibadahnya di kota suci tersebut. terkait dengan batas wilayah, semua daerah taklukan Richard akan tetap dihormati sebagai miliki tentara Salib.

Segera setelah tercapainya perjanjian ini, Richard kembali ke negaranya. Adapun Shalahuddin, ia kembali ke Damaskus, tempat ia memulai langkah pertamanya di panggung sejarah dunia. Tak lama tinggal di Damaskus, dia terserang demam dan akhirnya meninggal dunia di usia 56 tahun.

Yang membuat namanya semakin dihormati, pada saat meninggal, ia hanya meninggalkan harta sebesar 40 keping perak dan satu koin emas. Sisa hartanya sudah habis dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.

Setelah Shalahuddin meninggal, namanya pun ikut memudar dalam sejarah seiring dengan semakin banyaknya raja-raja Muslim yang berkuasa. Namanya kembali dikenali sejak Sir Walter Scott menulis novel, berjudul “The Talisman” (1825). Sosoknya mulai diingat kembali oleh dunia barat maupun timur sebagai legenda raja yang agung. Richard the Lion Heart, yang pernah secara langsung melakukan kontak dengan Shalahuddin dalam sebuah pertempuran yang sangat panjang, memujinya sebagai “pemimpin terbesar dan paling kuat dalam dunia Islam.

Uncategorized

Doa Shahih Lengkap

Inilah Kumpulan Doa Shahih Lengkap Untuk Anda Dan Keluarga. Silahkan Di Share Jika Bermanfaat Untuk Anda..

Doa Cepat Tidur
Doa Di Pagi Hari
Doa Doa Harian
Doa Wudhu
Doa Cepat Hamil Dan Dikaruniai Anak
Doa Anak Sakit
Doa Akhir Ramadhan
Doa Adzan
Doa Asmaul Husna
Doa Ayat Kursi

Doa Untuk Anak Negeri
Doa Menerima Zakat Fitrah
Doa Tahlil – Hukum Tahlilan Kematian
Doa Naik Kendaraan
Doa Niat Puasa
Doa Menjenguk Orang Sakit
Doa Iftitah
Doa Qunut Di Masjidil Haram
Doa Agar Tidak Mati Mengenaskan
Doa Ketika Turun Hujan

Doa Zakat Fitrah
Doa Mudik
Doa Agar Tidak Pelit
Doa Saat Marah
Doa Minta Jodoh
Doa Meminta Anak Yang Soleh
Doa Untuk Pengantin Baru
Doa Makan
Doa Berbuka Puasa
Doa Agar Bisa Melunasi Hutang

Doa Minta Perlindungan Kelaparan
Doa Terhindar Dari Azab Neraka
Doa Mohon Petunjuk
Doa Mohon Ampun Dari Dosa
Doa Mohon Istiqomah
Doa Agar Menerangi Manusia Dengan Kebaikan
Doa Mohon Ampunan Pada Hari Pembalasan
Doa Mustajab
Doa Bertemu Malam Lailatul Qadar
Doa Agar Dicintai Allah

Doa Safar Perjalanan Jauh
Doa Berlindung Dari Hilangnya Nikmat
Doa Sapu Jagad Hari Tasyrik
Doa Berziarah Kubur
Doa Mendapat Penjagaan Dari Allah
Doa Saat Tertimpa Musibah
Doa Agar Hujan Berhenti
Doa Pembuka Pintu Rezeki
Kumpulan Doa Nabi
Kumpulan Doa Dari Alquran

Uncategorized

13 Istri Rasulullah Lengkap Beserta Biografinya

Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam pernah menikahi 13 orang wanita, dua diantaranya yaitu Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha dan Zainab bintu Khuzaimah meninggal dunia sebelum Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam sendiri wafat.

Istri-istri Nabi Muhammad SAW merupakan para wanita yang mulia, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Mereka merupakan para wanita yang senantiasa mendapatkan gelar ummul mukminin yaitu ibu dari orang-orang yang beriman. Selain itu, mereka nantinya akan selalu mendampingi Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam di syurga.

Lalu siapa sajakah istri-istri Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam ? berikut ulasannya.

1. Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu ‘anha (556-619 M)
Beberapa hal yang terkait dengan Khadijah bintu Khuwailid, di antaranya adalah :

Khadijah bintu Khuwailid adalah seorang wanita yang berasal dari bangsa Quraisy, Beliau lahir pada tahun 68 sebelum hijrah. akan tetapi Beliau terkenal memiliki kemuliaan, baik dari segi nasab maupun akhlaknya. Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam pernah bersabda :
خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ

Artinya “Wanita terbaik ialah Maryam putri Imran dan Khadijah” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Status Khadijah sebelum menikah dengan dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam adalah janda yang ditinggalkan wafat oleh dua suami terdahulunya, yang bernama Abi Haleh Al Tamimy dan Oteaq Almakzomy.
Bagi Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam, Khadijah adalah istri Beliau yang pertama. Dan selama menikah dengan Khadijah, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam tidak pernah melakukan poligami, kecuali setelah Khadijah wafat.
Khadijah merupakan istri yang paling dicintai oleh Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam setelah Aisyah Radhiyallahu’ Anha. Bahkan karena kecintaan Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam terhadap Khadijah membuat Aisyah cemburu, beliau pun (Aisyah Radhiyallahu’ Anha) berkata :
ما غرتُ على نساءِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إلا على خديجةَ . وإني لم أُدركها . قالت : وكان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إذا ذبح الشاةَ فيقول ” أرسلوا بها إلى أصدقاءِ خديجةَ ” قالت ، فأغضبتُه يومًا فقلتُ : خديجةُ ؟ فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ” إني قد رُزِقْتُ حُبَّها

Artinya:

“Aku tidak pernah merasa cemburu terhadap istri-istri Nabi melebihi kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku belum pernah berjumpa dengannya. Biasanya ketika beliau menyembelih kambing, beliau memerintakan: “bagikanlah daging kambing ini kepada teman-teman Khadijah“. Suatu hari, kecemburuanku membuat beliau marah. Kataku, “Khadijah?” beliau lalu mengatakan, “Aku dikaruniai rasa cintah kepadanya.” (HR Al Bukhari)

Khadijah adalah wanita yang merupakan ibu kandung dari seluruh putra-putri Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, kecuali Ibrahim. Adapun putra-putri Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang lahir dari rahim khadijah adalah : Al- Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Abdullah. Semua putra-putri Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam tersebut wafat sebelum Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam wafat, kecuali Fathimah.
Khadijah Radhiallahu’ anha wafat ketika beliau berusia 6 tahun, tepatnya 3 tahun sebelum Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam hijrah ke Madinah.
Para Ulama berbeda pendapat tentang usia Khadijah ketika Beliau dinikahi oleh Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam.
Pendapat pertama menyatakan bahwa ketika menikah dengan Khadijah, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Pendapat tersebu berdasarkan sebuah riwayat yang disebutkan Ibnu Sa’ad dalam At-Thabaqat Al-Kubro :

وتزوجها رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو بن خمس وعشرين سنة وخديجة يومئذ بنت أربعين سنة ولدت قبل الفيل بخمس عشرة سنة

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya (Khadijah) ketika beliau berusia 25 tahun, sementara Khadijah berusia 40 tahun.”

Pendapat kedua menyatakan bahwa ketika menikah dengan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, Khadijah berusia 28 tahun. Hal ini berdasarkan pada sebuah riwayat Al Hakim yang menyatakan bahwasannya dari Muhammad Ibnu Ishaq berkata :

وكان لها يوم تزوجها ثمان وعشرون سنة

Artinya “Pada hari pernikahannya (Khadijah), beliau berusia 28 tahun.”

Pendapat ketiga menyebutkan bahwa ketika menikah dengan Khadijah, saat itu Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam berusia 25 tahun, sedangkan khadijah sendiri kala itu berusia 35 tahun. Pendapat tersebut dinukil oleh Al-Baihaqi dari Al-Hakim bahwa usia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menikah dengan Khadijah adalah 25 tahun, sedangkan usia Khadijah ketika itu adalah 35 tahun.

2. Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha (596-674 M)

Ada beberapa hal yang terkait dengan Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anh, di antaranya :

Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha merupakan wanita yang dinikahi oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam setelah Khadijah wafat. Beliau merupakan satu-satunya istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam hingga Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam menikah dengan Aisyah.
Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha merupakan janda dari seorang sahabat bernama Sakran bin Amr Al-Amiry yang wafat di Habasyah. Lalu datanglah Rasulullah Shalallahu Alalihi Wassalam meminang Saudah, dan akhirnya Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam menikahi Saudah bintu Zam’ah pada bulan Ramadhan tahun 10 hijriyah.
Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha adalah tipe istri yang menyenangkan bagi baginda Rosul. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibrahim AN-Nakha’i dalam kisahnya. Dalam kisah yang tertulis dalam Thobaqoh Kubra tersebut mengatakan bahwa:
“Saudah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah tadi malam aku shalat di belakangmu, ketika ruku’ punggungmu menyentuh hidungku dengan keras, maka aku pegang hidungku karena takut kalau keluar darah,” maka tertawalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ibrahim berkata, Saudah biasa membuat tertawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan candanya.”

Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha adalah salah satu istri Baginda Rasul yang taat dan setia hingga Beliau wafat, ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam hendak menceraikannya, maka Saudah pun memohon agar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam tidak melakukan hal itu.
Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha adalah termasuk istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang berperan dalam penyebaran sunnah-sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, di mana beliau menghafall dan menyampaikan hadist-hadist yang banyak diriwayatkan oleh para imam terkemuka seperti Nasai, Ahmad, Bukhari, serta Abu Dawud.
Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha wafat pada akhir kekhilafan Umar, tepatnya tahun 54 hijriyah di Madinah.

3. A’isyah bintu Abi Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhma (614-678 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan A’isyah bintu Abi Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhma, di antaranya :

Ummu Abdillah Aisyah Ash-Siddiqoh binti Ash-Shiddiq adalah wanita yang dinikahi oleh Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam setelah Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu ‘anha. Beliau adalah putri dari sahabat Abu bakar Ash-Shiddqi.
Keistimewaan lain yang dimiliki A’isyah bintu Abi Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhma adalah bahwa kesuciannya telah diakui Allah SWT dari atas langit ketujuh, dan Malaikat telah menampakkan A’isyah kepada Baginda Rasul sebelum Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam menikahi A’isyah.
Hal tersebut sebagaimana sabda Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam :

رأيتُك في المنام ثلاث ليال ، جاء بك الملك في سرقة من حرير، فيقول : هذه امرأتك فأكشف عن وجهك فإذا أنت فيه، فأقول : إن يك هذا من عند الله يُمضه

Artinya:

“Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, ‘Ini adalah istrimu’. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku bergumam, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan menjadikannya nyata.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ummu Abdillah Aisyah Ash-Siddiqoh binti Ash-Shiddiq adalah wanita yang paling dicintai oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Pernikahan Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam dengan A’isyah terjadi pada bulan Syawal tahun 11 setelah kenabian, tepatnya dua tahun lima bulan setelah peristiwa hijrah serta setahun setelah pernikahan Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam dengan Saudah bintu Zam’ah berlangsung.
Saat menikah dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam A’isyah bintu Abi Bakar As-Shiddiq berumur 6 tahun. Hal itu berdasarkan sebuah hadist bahwasannya A’isyah berkata :
تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ ، وبنى بي وأنا بنت تسع سنين

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku ketika aku berusia 6 tahun. Dan beliau kumpul bersamaku ketika aku berusia 9 tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

A’isyah bintu Abi Bakar As-Shiddiq adalah satu-satunya wanita yang dinikahi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dalam keadaan masih gadis atau perawan. Dia adalah istri Rosulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam yang paling paham tentang agama serta yang paling pandai, bahkan secara mutlak dia adalah wanita terpandai di antara para wanita lainnya.
A’isyah bintu Abi Bakar As-Shiddiq wafat pada tanggal 17 ramadhan tahun 57 H. Akan tetapi ada juga pendapat yang menyatakan bahwa dia wafat pada tahun 58 H dan makamnya berada di Baqi’.

4. Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhuma (607-antara tahun 648 dan 665 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhma, di antaranya :

Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhuma adalah putri dari sahabat Umar Bin Khatab Radhiallahu anhu yang memiliki kepribadian yang kuat seperti sang ayah. Selain itu, dia juga seorang wanita yang pandai dalam hal membaca dan menulis, meskipun pada waktu itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum wanita.
Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhuma adalah seorang janda, di mana suaminya yang bernama Khunais bin Khudzafah As-Sahmi telah meninggal sekitar tahun 2-3 Hijriyah pada saat terjadinya perang badar.
Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhuma juga terkenal sebagai ahli ibadah, sehingga dia di sebut sebagai Shawwamah (wanita rajin puasa) dan qawwamah (wanita rajin shalat malam).
Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhuma menikah dengan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam ketika berusia 21 tahun. Pernikahan tersebut terjadi pada tahun ke-3 Hijriyah. Hafshah menjalani kehidupan rumah tangga bersama Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam selama 8 tahun, dan ketika usianya menginjak 29 tahun, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam wafat.
Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhuma meninggal pada usia 63 tahun, tepatnya pada masa pemerintahan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, yaitu tahun 45 H di Madinah, dan jenazahnya dimakamkan di Baqi’.

5. Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu ‘anha (595-626 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu ‘anhma, di antaranya :

Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu ‘anha terkenal dengan kedermawanan yang ia miliki, sehingga ia mendapatkan gelar sebagai Ummul Masakin (ibunya orang-orang miskin). Belia berasal dari bangsa Quraisy dan merupakan janda dari seorang pahlawan pada masa terjadinya perang uhud yang bernama Abdullah bin Jahsy radhiallahu ‘anh.
Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu ‘anha dinikahi Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pada bulan Ramadhan tahun 3 Hijriyah, akan tetapi ketika pernikahan tersebut belum mencapai 8 bulan, Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu ‘anha Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Akhir tahun 4 Hijriyah, tepatnya ketika Zainab bintu Khuzaimah berusia 30 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Baqi’.

6. Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah radhiyallahu ‘anha (599-683 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah radhiyallahu ‘anha, di antaranya :

Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah radhiyallahu ‘anha adalah seorang wanita Bani Makhzum. Dia adalah putri dari seorang Quraisy yang paling dermawan bernama Umayyah bin al-Mughirah yang dilahirkan pada tahun 24 sebelum Hijrah.
Sebelum menikah dengan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, Ummu Salamah merupakan istri dari seorang Muhajirin yang pertama kali memeluk islam yang bernama Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi al-Qurasyi. Akan tetapi pada tahun 4 Hijrah, Abu Salamah meninggal dunia.

Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah radhiyallahu ‘anha dinikahi Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam ketika dia berusia 28 tahun, yaitu sekitar tahun 4 H.
Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah radhiyallahu ‘anha adalah wanita yang menawan dan juga cerdas. Dia selalu memberikan dukungan dan saran  kepada Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam ketika sedang berdakwah.
Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah radhiyallahu ‘anha meninggal di usia 85 tahun, yaitu pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah pada tahun 61 H. jenazahnya dimakamkan di Baqi’.

7. Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha (588-641 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha, di antaranya :

Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha merupakan salah satu istri Baginda Rosul yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam, di mana ibu dari Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha yang bernama Umayyah binti Muththalib adalah putri dari paman Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam. Dia terkenal sebagai ahli ibadah dan wanita yang gemar bersedekah.
Sebelum menikah dengan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha bernama Barra’. Dia adalah istri dari Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat dari Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam. Akan tetapi dalam pernikahan mereka terdapat ketidakcocokan sehingga keduanya pun bercerai.
Pernikahan yang terjadi antara Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam dan Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha berlangsung tanpa adanya wali dan saksi. Hal ini berdasarkan sebuah hadist yang menyatakan bahwasannya Zainab pernah berkata :
زوجكن أهاليكن وزوجني الله من فوق سبع سموات

Artinya “Kalian dinikahkan oleh orang tua kalian, sementara aku dinikahkan oleh Allah dari atas langit yang tujuh.” (HR. Bukhari)

Pernikahan tersebut terjadi pada bulan Dzul Qa’dah tahun 5 H. akan tetapi ada pendapat yang menyatakan bahwa Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam dan Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha menikah pada tahun 6 H.

Zainab bintu Jahsy bin Rabab radhiyallahu ‘anha meninggal pada usia 53 tahun, yaitu pada Tahun 20 H, dan jenazahnya dimakamkan di Baqi’.

8. Juwairiyah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anha (605-670 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Juwairiyah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anha, di antaranya :

Juwairiyah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anha merupakan seorang wanita yang berasal dari kelompok Yahudi Bani Musthaliq. Ayahnya yang bernama Harits bin Abi Dhirar merupakan pemimpin kaum tersebut kala itu. Sebelum memeluk islam, nama Juwairiyah bintu Al-Harits adalah Barrah.
Juwairiyah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anha adalah janda dari Musafi’ bin Shafwan yang meninggal dalam peperangan yang terjadi antara pasukan Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam dengan Bani Musthaliq di lembah Al-Muraisi yang merupakan Salah satu daerah sumber air bagi bani Musthaliq.
Juwairiyah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anha dianggap sebagai wanita yang paling berkah bagi kaumnya, karena setelah pernikahannya dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, banyak sahabat Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam yang membebaskan budak mereka yang berasal dari Bani Musthaliq.
Juwairiyah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anha meninggal pada tahun 56 H di Madinah. Waktu itu pemerintahan dipegang oleh Khalifah Muawiyah.

9. Ummu Habibah bintu Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma (591-665 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Ummu Habibah bintu Abi Sufyan radhiyallahu ‘anha, di antaranya :

Ummu Habibah bintu Abi Sufyan radhiyallahu ‘anha adalah saudara sepupu dari Utsman Bin Affan. Ibunya yang bernama Shafiyah bintu Abil ‘Ash adalah saudara dari Affan yang merupakan ayah dari Utsman.
Sebelum menikah dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, Ummu Habibah bintu Abi Sufyan radhiyallahu ‘anha telah menikah dengan Ubaidillah bin Jahsy. Akan tetapi suaminya tersebut meninggal di Habasyah. Dari pernikahannya itu, Ummu Habibah bintu Abi Sufyan radhiyallahu ‘anha dikaruniai seorang putri yang bernama Habibah.
Ummu Habibah bintu Abi Sufyan radhiyallahu ‘anha meninggal pada masa khalifah Muawiyyah pada tahun 44 H di Madinah.

10. Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab (628-672 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab, di antaranya :

Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab berasal dari bangsa Yahudi Bani Nadzir yang tinggal di daerah Khaibar yang letaknya sekitar 120 km ke utara kota Madinah. Daerah tersebut terkenal sebagai sebuah kota besar yang di dalamnya terdapat kebun-kebun kurma yang sangat luas serta benteng-benteng yang sangat banyak. Ayahnya yang bernama Huyai bin Akhtab merupakan kepala suku dari Bani Nadzir.

Sebelum menikah dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab pernah menikah dengan dua lelaki, yang pertama dengan Salam bin Masykam ketika ia belum masuk islam, dan setelah berpisah, lalu Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab menikah dengan Kinanah bin Abil Haqiq yang akhirnya terbunuh ketika kaum muslimin menaklukan Bani Nadzir. Sementara itu, Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab menjadi salah satu budak tawanan.

Pernikahan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam dengan Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab terjadi pada tahun 7 H, yaitu setelah Bani Nadzir berhasil ditaklukkan.
Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab disebut sebagai wanita Shadiqah oleh Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, yang artinya adalah wanita yang jujur imannya. Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab meninggal pada tahun 50 H dan dimakamkan di Baqi’.

11. Maimunah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anhu (602-681 M)

Hal-hal yang berkaitan dengan Maimunah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anhu, di antaranya :

Maimunah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anhu adalah saudara dari ibu kandung Khalid bin Walid yang bernama Lubabah As-Shugra. Selain itu, Maimunah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anhu juga merupakan saudara seibu dari istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang bernama Zainab bintu Khuzaimah.

Pernikahan antara Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dengan Maimunah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anhu terjadi pada bulan Dzul Qo’dah tahun 7 H, seusai umrah qadha.
Maimunah bintu Al-Harits radhiyallahu ‘anhu meninggal pada tahun 61 H di Saraf, yaitu ketika beliau sedang dalam perjalanan pulang dari ibadah haji. Jenazahnya dimakamkan di Saraf.
Selain kesebelas istri, Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam juga memiliki 2 budak wanita, yaitu :

1. Mariyah Al-Qibtiyah

Hal-hal yang berkaitan dengan Mariyah Al-Qibtiyah  di antaranya :

Mariyah Al-Qibtiyah merupakan hadiah yang diterima Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dari raja Muqauqis sebagai jawaban atas surat Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajaknya untuk memeluk agama islam.
Dari Mariyah Al-Qibtiyah, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mendapatkan seorang putra yang bernama Ibrahim. Akan tetapi Ibrahim meninggal ketika usianya belum genap 2 tahun.
Mariyah Al-Qibtiyah meninggal pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab, dan jenazahnya dimakamkan bersama para istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam lainnya.

2. Raihanah binti Zaid Al-Quradziyah

Hal-hal yang berkaitan dengan Raihanah bintu Zaid Al-Quradziyah di antaranya :

Raihanah bintu Zaid Al-Quradziyah awalnya adalah seorang tawanan dari Bani Quraidzah, lalu Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam menjadikannya sebagai budak. Akan tetapi pendapat yang lain menyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam telah membebaskan Raihanah bintu Zaid Al-Quradziyah lalu menjadikannya istri.

Bacaan Islami Lainnnya:

– Komik Pahlawan Islam Anas bin Nadhar
– Komik Mantan Napi Berulah Lagi
– Bantuan Dari Allah Saat Kesulitan
– 3 Hal Yang Dilakukan Saat Bangun Untuk Sahur
– Kenapa Dia Begitu Cinta Al-Qur’an

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

– Komik Islami Pakai Yang Kanan
– Komik Islami Simple
– Jangan Benci Muslimah Bercadar
– Waspada 3 Pintu Menuju Neraka
– Kalau Sholat Jangan Lari Larian

– Perlunya Kerjasama Dalam Rumah Tangga
– Baju Koko Vs Jersey – Komik Islami
– Dunia Hanya Sementara
– Komik Islami Bahasa Inggris
– Komik Islami Tarawih Surat Pendek

– Kisah Pendek Khutbah Jum’at
– Menunggu Punahnya Corona
– Komik Pendek Islami
– Jangan Pernah Menunda Ibadah
– Komik Islami Hitam Putih

– Parno Karena Batuk Corona
– Komik Islami Doa Pejuang Nafkah
– Komik Islami Muslimah Memanah Dan Tahajud
– Komik Islami Hidup Bahagia
– Komik Islami Nasehat Dan Renungan
– Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia Yang Sebenarnya

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com

Uncategorized

Kisah Sahabat Nabi Muhammad Lengkap

Sahabat nabi adalah orang-orang yang beruntung karena hidup di zaman Nabi Muhammad Saw.. Penasaran bagaimanakah kisah-kisah dari sahabat Nabi? Berikut adalah rangkuman singkat para sahabat Nabi. Untuk membaca kisah lengkapnya silahkan klik nama sahabat nabi yang ingin dibaca..

A’shim bin Tsabit

A’shim Bin Tsabit adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan Kisah Jasadnya yang Tidak Terjamah dan bahkan dikerumuni oleh lebah. Jasad A’shim Bin Tsabit telah dijaga Allah dan ia dijamin masuk ke surga Allah.

Abbad bin Bisyrin

Abbad Bin Bisyrin adalah sahabat Nabi yang sangat gagah berani. Ia memiliki keterampilan yang sangat baik dalam berperang melawan orang-orang kafir. Abbad bi Bisyrin terkenal dengan kisanya Tiga Panah Menancap di Tubuhnya.

Abdullah bin Abbad

Abdullah bin Abbad adalah sahabat Nabi yang selalu mendapatkan kemuliaan karena ketaqwaan yang ia miliki. Abdullah bin Abbad juga orang yang sangat rajin puasa dan mendirikan salat malam.

Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy

Abdullah Bin Hudzafah Al Sahmy adah sosok sahabat Nabi yang dikenal karena keimanannya yang sangat kuat terhadap Islam. Kisahnya terkenal karena mampu membuat kaisar menyerah untuk mengajak ia masuk Nasrani. Abdullah bin Hudzafah Membebaskan Tawanan Muslim.

Abdullah bin Jahsy

Abdullah Bin Jahsy adalah seseorang yang begitu dekat sekali dengan Nabi Saw dan ia adalah orang yang pertama kali memeluk agama Islam. Abdullah Bin Jahsy merupakan orang muslim pertama yang mendapatkan gelar Amirul Mukminin.

Abdullah bin Mas’ud

Abdullah Bin Mas’ud adalah sahabat Nabi pertama yang berani membaca alquran dengan suara yang keras. Ketika wafat, lisan Abdullah Bin Mas’ud basah dengan zikir-zikir kepada Allah dan penuh dengan ayat-ayat alquran.

Abdullah bin Salam

Abdullah bin Salam adalah sahabat Nabi yang dahulunya adalah seorang pendeta Yahudi dan menyiarkan agama-agama Musa. Ia kemudian masuk ke agama Islam setelah mendapat hidayah dari Allah.

Abdullah bin Ummi Maktum

Abdullah bin Ummi Maktum adalah sahabat Nabi yang juga masih kerabat beliau. Ia terlahir buta namun memiliki keimanan yang sangat kuat. Ia termasuk salah satu orang pertama yang masuk Islam dan ia adalah sosok yang suka adzan.

Abdurrahman Bin Auf

Abdurrahman Bin Auf adalah sahabat Nabi yang terkenal sangat pandai dalam berdagang. Ia juga termasuk salah stau orang yang dijamin masuk surga. Kita juga bisa baca langsung Sejarah Hidup Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai Orang Sukses di zaman Nabi.

Abu Al Ash Bin Ar-Rabi

Abu Al Ash Bin Ar-Rabi adalah sahabat Nabi yang sekaligus juga menantunya karena menikahi puteri beliau yakni Zainab. Dahulunya ia adalah non muslim hingga akhirnya ia masuk Islam.

Abu Darda

Abu Darda adalah sahabat Nabi yang terkenal memiliki sifat yang rajin beribadah, taat dan tidak mudah menyerah. Abu Darda  adalah sahabat yang paling terakhir masuk Islam namun bagus keislamannya, seorang faqih, pandai dan bijaksana. Inilah Kisah Sahabat Nabi Abu Darda Radhiyallahu Anhu yang Bisa kita baca.

Abu Dzar Al Ghifary (Jundub Bin Junadah)

Jundub bin Junadah atau Abu Dzar adalah ahabat Nabi yang memiliki keberanian dan cerdas dan wawasan yang begitu luas. Ia mencari sendiri agama yang benar di tengah-tengah kemusyrikan lingkungannya.

Abu Hurairah Al Dausy

Abu Hurairah Al Dausy adalah sahabat Nabi yang lahid di Yaman. Abu Hurairah dikenal sebagai perawi hadis terbanyak dan hafal dengan semua hadis. Ia juga dikenal sebagai sosok orang yang menyukai kucing.

Abu Sufyan bin Al Harits

Abu Sufyan bin Al Harits adalah sahabat sekaligus sepupu sanga Baginda Rasul. Meski keduanya bersaudara, namun Abu Sufyan awalnya sangat memusuhi sang Nabi hingga akhirnya menyadari kesalahannya dan masuk Islam.

Abu Thalhah Al Anshary (Zaid Bin Sahl)

Abu Thalhah Al Anshary (Zaid Bin Sahl) adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan suaranya yang menggelegar sekali. Ia juga dikenal dengan sahabat yang suka berderma.

Abu Ubaidah Ibnu Al Jarrah

Abu Ubaidah bin Jarrah adalah seorang panglima perang yang mendapat julukan Al-Amin. Abu Ubaidah terkenal sebagai panglima perang yang sangat kuat bahkan ia memerangi ayahnya sendiri yang kafir. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Orang Kuat Kepercayaan Nabi yang perlu kita pelajari sejarahnya.

Ady bin Hatim Al Tha’i

Ady Bin Hatim Al Tha’i adalah seorang sahabat Nabi yang awalnya begitu membangkang pada ajaran Islam. Dahulunya ia adalah seorang raja dari bangsa Arab yang akhirnya masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia menjadi sosok orang yang taat dan patuh kepada Rasulullah Saw. Kisah Sahabat Rasulullah Adi bin Hatim at-Tha’i perlu kita ambil hikmanya

Al Bara’ bin Malik Al Anshary

Al Bara’ Bin Malik Al Anshary merupakan sosok pejuang di masa Nabi. Ia adalah orang yang hebat, bahkan ia berhasil membunuh 100 orang musyrik dalam sekali perang. Al Bara’ Bin Malik Al Anshary adalah orang yang gagah berani, pantang menyerah, dan Merupakan Ujung Tombak Pasukan Islam.

Al Rabi’ bin Ziyad Al Haritsi

Al Rabi’ Bin Ziyad Al Haritsi adalah sahabat Nabi yang terkenal sangat gagah berani. Ia ditunjuk sebagai Panglima Perang Manadzir dan ia adalah sosok orang yang kuat dan bisa melawan musuh-musuhnya.

Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy

Al Thufail Bin ‘Amr Al Dausy adalah sahabat Nabi yang suka sekali memberi makan orang yang lapar. Sosoknya juga suka memberi perlindungan bagi orang yang ketakutan dan orang-orang yang memohon perlindungan. Ia mati syahid di perang Yarmuk. Inilah Sepenggal Kisah Keimanan Ath-Thufail bin Amr ad-Dausi.

Amr bin Jamuh

Amr bin Jamuh adalah sahabat Nabi yang masuk Islam di usia 60 tahun. Ia meninggal dalam keadaan mati syahid saat perang uhud. Ia terkenal dengan kisahnya yang meskipun ia pincang, namun ia tetap ingin berjuang melawan kemusyrikan.

An Nu’man bin Muqarrin Al Muzani

Nu’man bin Muqarrin adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan keberaniannya dalam berperang melawan bangsa Persia. Ia adalah panglima perang yang memiliki andil besar dalam mengalahkan musuhnya di medan perang hingga meraih kemenangan besar.

Anas bin Malik

Anas bin Malik adalah sahabat Nabi yang mendapat anugerah dari Allah Swt karena ia bisa hidup dalam bimbingan Rasulullah Saw selama 10 tahun lamanya. Anas bin Malik juga merupakan perawi hadits Rasul dan menjadi perawi terbanyak setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Anas bin Malik  adalah Sosok Sahabat yang Sangat Setia pada Rasulullah.

Bilal bin Rabah

Bilal bin Rabah adalah muadzin yang memiliki suara yang  sangat merdu. Ia adalah sahabat Nabi yang memiliki sejarah hidup yang hebat dalam memperjuangkan akidah Islam. Bilal bin Rabah Muazzin Pertama Islam

Dzu Al Bijadain (Abdullah al-Muzani)

Dzu Al Bijadain adalah sahabat Nabi yang memiliki nama Abdullah al-Muzani. Dzu Al Bijadain merupakan sahabat Nabi yang sangat beruntung karena jasadnya disalati dan didoakan langsung oleh Baginda Rasul.

Fairuz Al Dailamy

Fairuz Al Dailamy adalah sahabat Nabi yang berasal dari Arab dan Persia. Fairuz Al Dailamy terkenal dengan kisahnya yang berhasil untuk menumpas kejahatan sorang nabi palsu yang bernama  Aswad al-Ansi. Fairuz ad-Dailami dari Keluarga yang Diberkahi.

Habib bin Zaid Al Anshary

Habib Bin Zaid Al Anshary adalah sahabat Nabi yang setia mendampingi nabi. Ia memiliki keteguhan hati untuk terus berada di sisi Rasulullah Saw.

Hakim bin Hazam

Hakim Bin Hazam adalah sahabat Nabi yang dilahirkan di dekat ka’bah. Ia terkenal dengan sifat zuhudnya dan mendermakan semua hartanya di jalan Allah.

Hudzaifah bin Yaman

Hudzaifah bin Yaman adalah sahabat Nabi yang sejak tumbuh di keluarga muslim. Hudzaifah merupakan sahabat Nabi yang dikenal menjadi oang kepercayaan Nabi dan mengetahui rahasia Nabi.

Ikrimah bin Abu Jahl Al Makhzumy

Ikrimah bin Abu Jahl Al Makhzumy adalah seorang sahabat Nabi yang mana ayahnya adalah seorang kafir Quraisyi yang sangat membenci Islam. Setelah mendapat hidayah dari Allah Swt, Ikrimah masuk agama Islam dan menjadi seseorang yang pemberani. Keteladanan Ikrimah bin Abu Jahal Al Makhzumy bisa kita contoh.

Ja’far bin Abi Thalib

Ja’far bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang sangat pemberani dan kuat. Ia terkenal dengan kehebatannya dalam menghadapi pasukan Romawi yang berada di negeri Syam. Ia wafat dalam keadaan mati syahid.

Jabir bin Abdillah Al Anshary

Jabir bin Abdillah Al Anshary adalah sahabat Nabi kelahiran kota Yastrib Mekah.  Jabir bin Abdillah Al Anshary terkenal dengan sahabat yang meriwayatkan hadis-hadis Nabi.

Khabbab bin Al Aratti

Khabbab bin Al Aratti  adalah sahabat Nabi yang berasal dari Bani Tamin dan terkenal sebagai pande besi. Ya,  Khabbab bin Al Aratti sangat pandai dalam membuat pedang, tombak dan berbagai macam alat peperangan.

Khalid bin Said bin Al Ash

Khalid Bin Said Bin Al Ash adalah sahabat Nabi dari kaum Quraisyi dan sangat kaya raya. Ia termasuk salah satu orang yang pertama masuk Islam. Ia dikenal dengan kepribadiannya yang sangat tenang.

Khalid bin Zaid Al Najary

Khalid bin Zaid Al Najary memiliki nama asli Abu Ayub Al Anshary. Allah telah mengharumkan nama Khalid bin Zaid dari timur hingga ke barat negeri. Allah telah meninggikan derajatnya dengan menjadikan benteng konstatinopel sebagai tempat persinggahan terakhirnya.

Majza’ah bin Tsaur al Sadusy

“Majza’ah bin Tsaur adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan jiwa patriotismenya. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani dan mampu membunuh seratus orang kafir dan musyrik.

Muadz bin Jabal

Muadz bin Jabal adalah sahabat Nabi yang termasuk ke dalam orang pertama yang memeluk agama Islam. Muadz bin Jabal terkenal dengan kecerdasannya dan suka menimba ilmu dan mengamalkannya.

Nu’aim bin Mas’ud

Nu’aim bin Mas’ud adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan kecerdikannya. Ia sangat pandai melemahkan siapa saja yang menjadi lawan-lawannya dengan kecerdikan yang ia miliki.

Rabi’ah Bin Ka’b

Rabi’ah Bin Ka’b adalah sahabat Nabi yang melayani Nabi hingga akhir hayat Rasul. Rabi’ah Bin Ka’b melayani apapun yang menjadi kebutuhan sang Nabi termasuk saat Sang Nabi ingin melaksanakan shalat tahajud.

Sa’d bin Abi Waqash

Sa’d bin Abi Waqash Sahabat Rassullah yang selalu bersinar dan ia telah masuk Islam sejak usia muda. Ia adalah sosok sahabat yang memiliki perasaan lembut dan berbakti kepada kedua orang tuanya.

Said bin ‘Amir

Said bin ‘Amir adalah sahabat Nabi yang terkenal gemar menolong. Said bin ‘Amir Al Jumahy merupakan seseorang yang suka mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingannya, sekalipun ia berada dalam kondisi yang begitu mendesak. Said bin ‘Amir merupakan Gubernur yang Mendahulukan Kepentingan Rakyat.

Said bin Zaid

Said bin Zaid Lelaki yang Sangat Istimewa merupakan sahabat Nabi yang berperan penting dalam penaklukan kota Damaskus. Ia adalah satu dari sekian sahabat Nabi yang dijamin masuk ke surga.

Salamah bin Qais Al Asyjai’

Salamah bin Qais Al Asyjai’adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan keahliannya dalam berperang. Ia berhasil menaklukkan kota Ahwaz. Ia adalah sosok panglima perang yang gagah berani.

Salman al-Farisi

Salman al-Farisi adalah sahabat Nabi yang pada awal hidupnya adalah seorang bangsawan dari Persia yang menganut agama Majusi. Namun dia tidak merasa nyaman dengan agamanya. Pergolakan batin itulah yang mendorongnya untuk mencari agama yang dapat menentramkan hatinya. Bagaimana Kisah Salman Al-Farisi dalam Mencari Hidayah.

Shuhaib Al Rumy

Shuhaib Al Rumy adalah sahabat Nabi yang sangat setia mendampingi sang Rasul. Ia dahulunya adalah pedagang yang sangat kaya raya dan rela meninggalkan kekayaannya demi menimba agama Islam.

Suraqah Bin Malik

Suraqah Bin Malik adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan kegigihannya mengejar sang baginda Nabi untuk membunuhnya karena memenuhi sayembara orang-orang kafir Quraisyi. Setelah mengejar Nabi dan gagal, ia mendapatkan mukjizat untuk masuk Islam.

Thalhah bin Ubaidillah Al Taimy

Thalhah bin Ubaidillah Al Taimy adalah sahabat Nabi yang juga biasa dipanggil dengan nama Abu Muhammad. Ia adalah sosok orang yang suka sekali menepati janji dan tidak pernah mengingkarinya.  Thalhah bin Ubaidillah Al Taimy merupakan Delapan Orang Pertama yang Menerima Islam.

Tsabit Qais Al Anshary

Tsabit Qais adalah sahabat Nabi yang dipercaya oleh beliau untuk menjadi seorang juru bicara beliau. Tsabit Qais memiliki kepribadian yang pandai dalam berkomunikasi karena bicaranya sangat tegas dan lugas.

Tsumamah bin Utsal

Tsumamah bin Utsal adalah sahabat Nabi yang menjadi pemimpin Yamamah dan ia terkenal dengan embargo ekonominya yang melemahkan kum kafir Quraisyi. Kebijakannya tersebut membuat orang-orang kafir kesulitan dalam hal pangan dan kesulitan dalam hal ekonomi.

Umair bin Sa’d Al Anshary

Umair bin Sa’d Al Anshary adalah sahabat Nabi yang sudah memeluk Islam sejak usianya 10 tahun. Sejak usianya belia ia telah mengikuti berbagai peperangan bersama Nabi dan melawan orang-orang kafir. Umair Bin Sa’ad Al Anshary Merupakan Gubernur di Suriah yang Disegani Umar bin Khattab.

Umair bin Wahab

Umair bin Wahab adalah sahabat Nabi yang dahulunya suka sekali menentang ajaran Islam di kampungnya. Namun kemudian ia masuk ke Islam dan membuatnya gemar berdakwah di Mekkah. Dari dakwahnya tersebut, banyak orang yang memeluk agama Islam.

Uqbah bin Amir Al Juhany

Uqbah bin Amir Al Juhany adalah sahabat Nabi yang sangat setia untuk mendampingi beliau. Ilmu pengetahuan dan jihad adalah dua hal yang menjadi cita-citanya.

Usaid bin Al Hudhair

Usaid bin Al Hudhair adalah sahabat Nabi yang sangat mencintai alquran dan Rasulullah Saw. Usaid adalah sahabat Nabi yang paling suci dan paling jujur. Ia juga sosok yang sangat beriman saat membaca Al Qur’an atau mendengarkan ayat-ayat Allah.

Usamah bin Zaid

Usamah bin Zaid adalah sahabat kesayangan Nabi. Ia memiliki sosok sahabat yang amat cerdas dan pemberani yang luar biasa. Ia memiliki sifat yang bijak dan dapat menempatkan segala urusan pada tempatnya. Usamah bin Zaid bin Haritsah adalah Seorang Panglima Perang Islam.

Utbah bin Ghazwan

Utbah bin Ghazwan adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan kezuhudannya. Ia adalah seorang muhajirin yang masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia menyerahkan semua hartanya dan hanya mengabdi di jalan Allah.

Utsman bin Affan

Utsman bin Affan adalah sahabat Nabi yang juga menjadi seorang pemimpin atau khalifah menggantikan sang Baginda Nabi setelah wafat. Inilah Biografi Singkat Utsman bin Affan.

Wahsy Bin Harb

Wahsy Bin Harb adalah sahabat Nabi yang dahulunya adalah seorang budak. Wahsy Bin Harb berasal dari Ethiopia dan terkenal dengan keahliannya melempar tombak ke arah lawan.

Zaid Al Khair

Zaid Al Khair adalah sahabat Nabi yang sangat taat dan bertaqwa semenjak ia memeluk agama Islam. Sejak ia menjadi seorang muslim hingga wafat tidak ada kesempatan yang Zaid Al Khair gunakan untuk terjerumus ke dalam perbuatan dosa.

Zaid bin Haritsah

Zaid bin Haritsah adalah orang yang dipercaya oleh Rasulullah untuk menyimpan rahasia beliau. Ia juga adalah orang yang ditunjuk sebagai panglima delegasi dan pasukan Rasul.

Zaid Bin Tsabit Al Anshary

Zaid Bin Tsabit Al Anshary adalah sahabat Nabi yang menjadi tangan kanan sang Nabi untuk menghimpun menuliskan dan ayat-ayat suci alquran. Namanya terkenal sebagai penulis wahyu.